Mimpi Besar Rubah Di Selatan, Musik Etnik Indonesia Mendunia
By KazebaraPosted 20 August 2018 di genpijogja.com
Mimpi kita sama, tapi sekarang lebih besar. (Mimpi) agar Indonesia terdengar ke seluruh dunia, karena Indonesia keren (Rubah Di Selatan).
Rubah Di Selatan termasuk band yang masih baru di belantara musik nusantara. Karena ciri khas yang unik dan musik yang berkualitas, karir band yang baru menginjak usia tiga tahun tersebut melejit dengan cepat serta mampu bersaing dengan band yang sudah lama menemani penikmat musik nusantara. Nama Rubah Di Selatan nampak sering mewarnai acara musik yang menampilkan band indie di seluruh Indonesia.
Rubah Di Selatan terdiri dari empat personil, Mallinda (Vokal), Gilang (Gitar), Adnan (Keyboard) dan Ronie (Etnik Musik). Saat ini mereka sudah memiliki beberapa single, di antaranya ada Mata Air Mata dan Merapi Tidak Ingkar Janji dalam bahasa Indonesia. Ada pula Rainbow After Rain dan Leaving Anthera yang dibawakan dengan bahasa Inggris. Ciri khas dari musik mereka adalah memadukan budaya daerah dengan pop culture.
Rubah Di Selatan berasal dari daerah selatan Jogja, tepatnya di Sewon, Bantul. Daerah yang terletak di pinggir kota Jogja dekat dengan pantai Parangtritis. Rubah Di Selatan mendapatkan kesempatan tur Eropa dalam rangka Siasat Trafficking Europe Tour yang digagas oleh Siasat Partikelir dan Go Ahead Challenge (GAC).
Selama sepuluh hari, mereka membawakan lagu-lagu untuk memanjakan penikmat musik di Eropa. Tur berlangsung pada tanggal 1 hingga 10 Juli 2018. Kisah perjalanan tur ini mereka rangkum dalam film berjudul “From Paris Parangtritis to Paris France”. Menggambarkan perjalanan anak-anak muda dari selatan Jogja yang berhasil membawa mimpi mereka terbang jauh ke Eropa.
Terpilihnya mereka sebagai duta dari Siasat Trafficking Europe Tour bukan proses yang mudah. Setelah mengalahkan 500 grup band dari seluruh Indonesia, Rubah Di Selatan menjadi satu-satunya band yang berangkat mengelilingi Eropa bukan hanya untuk bermusik namun, sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia. Musik pop rasa lokal mengalun di beberapa kota di Eropa, yaitu Amsterdam-Belanda, Luxemborg-Belgia, Paris-Perancis, dan Munchen-Jerman. Tampil di panggung dan menjadi bintang tamu acara musik di radio.
Rubah Di Selatan meletakkan unsur tradisi bukan hanya sebatas lirik, namun juga pada alat musik dan kostum yang mereka kenakan setiap tampil di panggung. “Konsep utama atau spirit kami dalam bermusik adalah untuk mengangkat kearifan lokal”, ungkap Ronie dalam acara Press Conference Rubah Di Selatan di Sleman Creative Space.
Menggabungkan lirik populer kekinian, instrumen musik lokal dan penampilan khas Indonesia menjadi ruh dalam musik Rubah Di Selatan. Misalnya, pada lagu Mata Air Mata, liriknya menggambarkan sejarah mengenai selokan mataram yang menyatukan dua sungai, yaitu sungai Progo dan Code.
Rainbow After Rain diawali dengan lirik berbahasa Inggris yang dinyanyikan dalam langgam jawa khas pesinden yang sedang menemani dalang memainkan wayang. Tidak ketinggalan, lagu Leaving Anthera dengan megah dimulai dengan tari kecak, vokal kalimantan baru kemudian masuk ke lagu.
Penampilan panggung Rubah Di Selatan juga diwarnai dengan pakaian dan aksesoris dari kain tenun. “Tujuannya adalah agar musik tradisi yang terkesan sangat intens bahkan bernuansa mistik dan seram menjadi lebih ramah di telinga masyarakat”, ucap Gilang.
Salah satu alat musik tradisional yang digunakan adalah sadatana dari Majalengka, berbentuk seperti kendi yang fungsinya mirip dengan kendang. Berpadu dengan alunan gitar dan keyboard. Untuk suara-suara alat musik yang tidak bisa dibawakan langsung di back up oleh keyboard, seperti suara gong dan pola gamelan.
Tur pertama ke Eropa menjadi pengalaman sangat berharga dan sangat ingin mereka bagikan, salah satunya melalui film. Rasa haru mengibarkan bendera Merah Putih di setiap penampilan serta mendapat sambutan hangat dari audiens, bahkan ada yang mengatakan “Terimakasih telah membawa kami ke Indonesia”.
Bangga telah memperkenalkan Indonesia. Rasa senang dengan segala pengalaman yang mereka peroleh telah membuka mata dan menumbuhkan mimpi baru. Bukan hanya sekadar bermusik di Nusantara, tapi dunia. Bukan hanya agar pemuda Indonesia sadar terhadap keragaman budayanya, namun juga agar dunia mengenal budaya Indonesia.
Saat ini mereka sedang fokus untuk menggarap album yang akan di release akhir tahun 2018. “Apapun mimpi bisa tercapai dengan effort dan konsistensi”, ucap Gilang menutup acara Press Conference Rubah Di Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar