Macetnya Regenerasi Perajin Gerabah Klipoh Karanganyar Borobudur
By Kazebara Posted 5 February 2019 di genpijogja.com
Hari ini matahari bersinar cerah, kami satu rombongan Tim Web GenPi Jogja berkunjung ke desa Klipoh. Klipoh merupakan nama desa yang terletak di Karanganyar, kecamatan Borobudur, Magelang. Kalau kamu naik bus dari terminal Giwangan Jogja, turun saja di pintu masuk Candi Borobudur lalu mencari ojek motor.
Klipoh dipercaya telah memulai geliat aktivitas pembuatan gerabah sejak abad ke 9, satu era dengan Candi Borobudur. Konon ceritanya, Klipoh dahulu kala dibangun oleh Nyai Kalipah. Wanita tersebut menikah dan memiliki keluarga, hingga akhirnya membentuk desa yang disebut dengan Klipoh atau Nglipoh. Kebiasaan Nyai Kalipah adalah membuat gerabah, yang kemudian menjadi kemampuan turun temurun pada generasi selanjutnya. Sayang sekali, masa sekarang regenerasi sepertinya tidak sesukses kala itu.
Setelah menyantap sarapan berupa nasi hangat lauk sayur lodeh, ikan asin, tahu goreng dan sambal, kami memulai petualangan di desa Klipoh. Perajin pertama yang kami temui adalah Mbah Kaminah.
Beliau memakai celana pendek dan baju berwarna putih. Tidak hanya baju, rambut potongan cepat beliau juga didominasi dengan warna putih. Tapi tangan Mbah Kaminah sepertinya masih cekatan dan hapal betul bagaimana membuat souvenir dari tanah liat. Satu souvenir berbentuk wadah lilin sempurna dibuat dari tanah liat yang berbentuk bulat, dalam tempo kurang dari dua menit.
Sebelum dibentuk tanah liat dikepal-kepal menggunakan kedua tangan untuk melepaskan udara yang terperangkap di dalam adonan. Adonan tanah yang digunakan sebelumnya juga digiling terlebih dahulu. Tangan kanan mbah Kaminah dengan cekatan membentuk tanah liat dan tangan kirinya memutar meja kecil berbentuk lingkaran.
Setelah mengamati proses yang tampaknya mudah itu, kami satu per satu mencoba membuat sebuah souvenir. Hasilnya tidak ada yang jadi seperti contoh. Realitanya semua itu membutuhkan skill khusus.
Mbah Kaminah sendiri sudah belajar membuat gerabah sejak kecil. Beliau mulai terjun menjadi perajin sejak tahun 2000 silam. Di rumah sederhana berbahan kayu dengan teras terisi rak penuh dengan gerabah, Mbah Kaminah bekerja setiap hari. Beliau mengatakan bahwa tidak ada anak cucunya yang membuat gerabah.
Sejak tahun 2000 Dusun Klipoh mulai dikunjungi wisatawan, salah satu fasilitas penunjang berupa galeri komunitas yang diresmikan pada bulan Mei 2014. Dibangun atas kerjasama United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan pemerintah Australia bersama desa Karanganyar.
Wisatawan dapat melihat proses pembuatan dan mencoba membuat gerabah. Beberapa hotel disekitar kawasan Candi Borobudur memiliki paket kunjungan ke desa Klipoh. Semenjak menjadi desa wisata kehidupan perajin gerabah menjadi lebih baik.
Sebelumnya hasil kerja keras mereka dengan proses yang panjang dihargai sangat murah oleh tengkulak. Hasil yang tidak seberapa membuat tingkat perekonomian perajin diambang batas kemiskinan.
Proses pembuatan gerabah membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dimulai dengan pemilihan bahan tanah liat, pembentukan, pengeringan, pembakaran, pewarnaan dan finishing. Beragam jenis gerabah dihasilkan, mulai dari asbak, tempat lilin, kendi, mangkok, cangkir, pot bunga sampai miniatur patung Buddha dan stupa.
Produk unggulan yang sebenarnya dari desa ini adalah alat memasak. Hanya karena jumlah perajin semakin sedikit dan kebanyakan pesanan adalah souvenir, mereka membuat peralatan memasak ketika ada pesanan saja.
Setelah berkeliling mengamati keseluruhan proses, ternyata memang yang kami temui adalah perajin perempuan yang sudah tua. Beberapa mengatakan bahwa mereka tidak memiliki penerus. Padahal potensi wisata di desa Klipoh ini sangat besar untuk dikembangkan.
Tugas generasi muda untuk membuat desa Klipoh dan gerabahnya menjadi semakin terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan. Karena generasi muda lebih maju, lebih berpengatahuan dan memiliki kemampuan mengikuti perkembangan jaman.
Jika dikemudian hari para pejuang perempuan ini tidak ada lagi tanpa generasi penerus yang memadai, tentu saja bisa menjadi kendala yang serius untuk tetap bisa mempertahankan gelar desa wisata gerabah Klipoh. Hal itu juga mengancam eksistensi sejarah dan budaya setempat.
Untuk itu perlu adanya upaya melalui pendidikan atau pendampingan agar generasi muda terpacu semangatnya untuk menjadi pembuat gerabah. Menjadi bagian dari penjaga budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar