Dawet Prambanan, Sensasi Rasa Dalam Sajian Sederhana
By Kazebara Posted 15 August 2018 di genpijogja.com
Es dawet yang rasanya gurih dengan manis yang pas, segarnya menjadi berlipat ganda di tengah cuaca panas. Apalagi kalau dicampur dengan tape ketan, bukan hanya pelepas dahaga tapi bisa jadi penunda lapar saat perjalanan.
Es dawet ini tergolong ke dalam minuman tradisional yang sehat tanpa pewarna dan pengawet tambahan. Disajikan dengan mangkuk kecil yang pas dalam genggaman, menjadi teman untuk melepas penat ketika kamu sedang melakukan perjalanan dari luar kota.
Letak para pedagang dawet ini berada di Jalan Solo-Jogjakarta KM 10-11 Kalasan. Dari arah timur setelah Candi Prambanan gunakan jalur lambat. Deretan penjual dawet dengan berada di sisi kiri jalan dengan fasilitas parkir untuk mobil dan sepeda motor. Jika kamu datang dari kota Jogja berarti harus putar balik setelah melewati lampu merah daerah Bogem. Lebih baik datang ke area ini menggunakan kendaraan pribadi karena jauh dari halte bus Transjogja.
Lapak-lapak sederhana dengan meja dan kursi kayu berjajar di sepanjang jalan. Sepeda motor dan mobil terlihat silih berganti parkir di depan lapak penjual dawet. Setiap lapak memiliki jadwal buka yang berbeda. Namun, secara umum para penjual dawet di sini siap melayani pelanggan dari pukul 09.00-15.00 WIB.
Pembuatan dawet ireng dan putih di sini masih menggunakan cara tradisional. Cendol dawet dibuat dari bahan tepung sagu atau campuran tepung sagu dan tepung beras. Proses pembuatannya masih manual tanpa menggunakan mesin.
Warna dawet ireng berasal dari jerami padi atau merang yang dibakar kemudian dicampur dengan air. Air berwarna hitam inilah yang dijadikan sebagai bahan pewarna hingga warna dawet ireng menjadi hitam ke abu-abuan. Santan yang digunakan berasal dari parutan kelapa asli. Ditambah dengan gula aren atau gula jawa sebagai pemanis, membuat rasa dawet menjadi gurih dengan manis yang pas.
Ada pula yang menambahkan potongan kecil buah nangka pada sajian dawetnya, aroma manis khas buah nangka sangat terasa meskipun hanya beberapa potong saja. Rasanya juga menjadi sangat berbeda.
Dawet ireng dan dawet putih ini bisa juga ditambah dengan tape ketan putih atau berwarna hijau dengan campuran pandan. Rasa ketan yang gurih dan asam membuat es dawet semakin segar. Apalagi di minum ketika siang hari saat kamu melakukan perjalanan jauh dari luar kota, dijamin segarnya akan berlipat ganda. Dengan harga yang murah mulai dari 3000 rupah siapapun bisa membeli dawet ini.
Beberapa penjual juga menyediakan gorengan, roti dan tape untuk menemani kamu minum dawet. Sehabis perjalanan dari Ngawi atau Solo, aku sering mampir minum dawet di daerah ini. Setiap pedagang memiliki ciri khas tersendiri. Ada yang tidak menggunakan nangka atau bisa tanpa tape. Semuanya murah dan enak.
Salah satu lapak yang aku kunjungi adalah kedai AA dengan penjual yang ramah, dari abang penjual inilah pertama aku tahu asal muasal warna hitam dawet ireng. Sembari menyendok dawet yang disajikan dengan mangkuk putih, menu favorit sebagai pelengkap adalah tahu goreng yang renyah.
Rasanya sungguh nikmat makan tahu goreng berteman dengan dawet ireng ditambah tape di siang hari yang panas. Lelah perjalanan seketika hilang. Kalau memang cuaca sedang mendung boleh juga pesan dawet tanpa es. Kalau ingin menikmati dawet ireng pastikan kamu mampir di kedai yang bertuliskan dawet ireng, karena ada juga penjual dawet putih.
Dawet ireng sendiri sebenarnya adalah minuman yang berasal dari daerah Butuh Purworejo sejak tahun 1950. Semakin lama dikenal masyarakat luas hingga Jawa Barat dan Jawa Tengah. Meskipun dijajakan di luar daerah asal, ciri khas dawet akan tetap sama di manapun berada. Kebanyakan penjual dawet di jalan Solo-Jogja ini berasal dari Bayat Klaten, selebihnya adalah penduduk setempat.
Secara umum penjual dawet menggunakan pikulan yang berisi dua buah genthong kecil dari tanah liat sebagai wadah. Meskipun cara penjualannya menetap tetap saja menggunakan pikulan. Dawet menjadi minuman yang tetap lestari hingga kini. Bukan hanya karena harga yang sangat bersahabat, rasa dan kualitas yang terus dipertahankan menjadi daya pikat yang tidak lekang oleh waktu.
Dawet mengajarkan kesederhanaan dan kearifan. Dalam hidup ini tidak perlu macam-macam, bermewah-mewah untuk bisa bahagia dan menghadirkan kebahagiaan kepada sesama. Sederhana saja, menjadi asli, menjadi diri sendiri dan selalu menjadi pribadi yang berkualitas baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar