Membuat Kopi Hidup Nyaman dan Memprosesnya Jadi Green Bean Berkualitas
Catatan Refleksi kelas ke-7 PIM
Kelas ke-7 adalah
pertama kalinya saya belajar mengenai proses budidaya dan pasca panen tanaman
kopi. Baru membaca sekilas materinya sehari sebelum dan belum pernah melihat
video proses pasca panen. Jadi selama kelas saya banyak mengandalkan imajinasi.
Untuk semua alur pasca panen.
Pembahasan pertama
yang kami lakukan adalah masalah budidaya. Karena basic-nya saya belajar
biologi dan juga belajar pertanian alami, saya lebih paham bagian ini.
Bagaimana mempersiapkan lahan, mengatur jarak tanam, memberikan naungan, hingga
perawatan dan akhirnya panen. Saya punya pohon kopi di rumah, letaknya di bawah
pohon sengon. Saya kira kopi itu perlu banyak sinar matahari. Eh, ternyata sudah
benar dia berada di bawah naungan. Padahal asal tanam saja di kebun belakang
rumah. Saya benar-benar belum pernah belajar soal kopi.
Fathur, mahasiswa Polbangtan yang share pengetahuan sama kita |
Kenapa naungan itu
penting? Karena asal mulanya tanaman kopi nyaman tinggal di hutan. Dia tidak
suka sinar matahari penuh. Bisa membuat tingkat produktifitasnya rendah dan
buahnya kurang berkualitas. Kecil dan cepat matang atau malah terbakar sinar
matahari. Ini bisa dipahami, karena semua tumbuhan akan mempercepat proses
pembuahan kalau tercekam. Sinar matahari yang terlalu banyak membuat tanaman
kopi terancam dan mempercepat pemasakan buah. Semua tanaman tugas akhirnya
adalah untuk berbuah dan meneruskan keturunan. Ketika merasa tercekam dan
merasa bisa mati sewaktu-waktu mereka dengan segera berbunga dan berbuah agar bijinya
bisa tumbuh di kemudian hari.
Tanaman kopi
perkebunan juga membutuhkan perawatan seperti pemupukan, penyiangan dan
pemangkasan. Terutama yang ditanam dengan sistem monokultur. Apalagi kalau
terkena hama, harus disemprot menggunakan pestisida baik organic mapun
anorganik. Kami juga belajar mengenal silsilah kopi. Baru tahu ternyata Arabica
itu adalah mutasi alami dari Robusta. Aku kira keduanya memang berasal dari
spesies yang berbeda. Waw… sangat mind blowing … hehehe …
Kami juga membuat
timeline penanaman. Kapan harus menanam, perawatan hingga panen. Timeline ini
penting sekali untuk menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan membutuhkan
perlengkapan apa. Supaya tidak ada yang terlewat dan semuanya tepat waktu. Kopi
memiliki masa tanam dan cara bubidaya yang berbeda tergantung dengan jenis dan
kebutuhan di penanam.
Urusan budidaya
selesai, masuk ke pengolahan pasca panen. Bagian yang masih harus saya ulik
kembali secara mandiri. Agar bisa lebih mehami kopi. Kami berdiskusi dan
mendapatkan materi mengenai proses basah dan kering. Proses basah dengan
bantuan air dibagi menjadi dua Full Wash dan Semi Wash. Proses kering dibagi
juga menjadi dua bagian ada natural dan honey. Pada semua prosesnya sama-sama
membutuhkan fermentasi. Hanya sama di bagian wet process menggunakan bantuan
air sedangkan dry process ya dikeringkan begitu saja.
Perbedaan hasil
yang mencolok adalah pada hasil rasa kopinya. Wet process menghasilkan kopi
yang clean dan stabil. Prosesnya juga lebih rumit. Sampai saya menulis ini juga
masih rancu kapan perambangan, mucilage, pembilasan dan sebagainya. Antara semi
dan full wash masih suka terbalik-balik. Kalau natural dan honey prosesnya
lebih mudah saya mengerti. Wong tinggal dikupas dan dikeringkan atau langsung
dikeringkan. Cara ini menghasilkan kopi yang lebih kaya flavournya. Saya
langsung suka dengan kopi natural process. Wangi dengan rasa nano-nano,
sepertinya saya langsung jadi fans natural process. Sampai kos baru sadar,
berarti kopi yang di kebun belakang pakai natutal process dong? Langusung
dikeringkan lalu ditumbuk setelah kering.
Pantes enak …. Hiyaaaa … langsung
bangga. Wkwkwkw… setidaknya secara gak sadar menerapkan salah satu metode
proses pasca panen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar