Resonance 2019, Lingkar Rasa Rumah Maguwo Refleksi Akhir Tahun dan Satu Dekade
Lingkar rasa kali ini spesial banget. Rumah Maguwo menjadi
rumah bagi jiwa yang sudah lama merasa berjalan sendiri. Untuk pikiran-pikiran
yang lelah dan hati yang mungkin terlalu banyak diam dan memendam.
Resonance 2019 Rumah Maguwo |
Resonance 2019 tidak hanya sekadar menulis poin-poin resolusi
2020. Lebih dari itu, menyelami apa yang setahun dikubur. Menghadirkannya
kembali kepermukaan. Lalu memaafkan.. Ya, memaafkan diri sendiri juga perlu
keberanian besar. Mengobrak-abrik rasa tak nyaman yang terpendam butuh
keteguhan.
Daun Dala |
Sesi pertama bersama mbak Plap dengan daun dala dan bungkus
teh.
Pertama daun dala digambar atau ditulis dengan apa-apa yang
belum sempat disampaikan. Apa yang belum sempat terucapkan. Aku menyampaikan
pesan kepada seseorang. Orang yang paling berharga dalam hidupku. Pesan penuh
kasih yang rasanya terlalu malu untuk aku ucapkan langsung. Semoga sampai ya..
Kalau kantong tehnya, boleh digambar atau ditulisi dengan pesan untuk diri
sendiri. Ada beberapa hal yang ingin kembali aku sampaikan pada diriku.
Selesai menggambar, semuanya berpasangan. Sesi pertama
menceritakan pesan apa yang ditulis di daun. Tapi disampaikan cukup dengan
bergumam aja. Tenang, rahasia terjaga. Nah, kalau yang di bungkus teh diceritakan dengan jelas sama partner ceritanya.
Aku menggambar angkasa dengan bintang-bintang, planet dan
komet. Kometnya sih hiasan aja. Heuheu… Sama bunga mawar berduri. Aku ingin
kembali mengingatkan pada diriku bahwa,
Setiap jiwa layaknya bintang-bintang yang punya cahaya
sendiri. Tidak perlu membandingkan dan ingin menjadi lebih baik dari
siapa-siapa. Tetaplah bercahaya di angkasa luas. Juga menjadi seperti bunga
mawar. Tumbuh mekar dan memberikan keindahan pada sekitar. Namun juga kuat
punya duri sendiri. Gitu sih. Kurasa, hidup lebih damai tanpa perbandingan.
Menerima saja semua yang diciptakanNya.
Jurnaling Palka Kreatif |
Sesi kedua, belajar jurnaling tipis-tipis. Mencicipi
bagaimana jurnaling yang sesungguhnya. Bukan hanya curhat ala buku diary. Spesial dapet notebook Palka. Bagus banget ini. Sesi
kali ini sama Bu Janti. Pertama selama kurang lebih lima menit, kita menulis
apa saja yang patut disyukuri di tahun 2019 ini. Banyak deh daftarnya. Selesai
membuat daftar, kita diminta sharing dengan dengan teman. Membentuk kelompok
tiga orang.
Menulis surat untuk diri sendiri. “Aku memaafkan diriku
untuk….”. Bagian ini kuulangi lagi di
kosan. Menyita waktuku seharian, bahkan lebih. Tidak ke mana-mana. Hanya
mengobrak-abrik lebih dalam. Apapun yang tanpa sadar kusembunyikan. Semua rasa
sakit, sedih, kecewa, dan sunyi dan semua yang tidak tertahankan. Berat sih..
tapi ini penting. Biar tidak menjadi penyakit dikemudian hari. Selesai, aku
tutup dengan hadir kehadapan Tuhan. Datang dengan sebenar-benarnya diriku.
Dengan semua kenakalan dan kejahatanku. Dengan semua topeng-topeng yang meski
Tuhan tahu.
Ada juga sesi capturing momen dan refleksi satu decade. Lucu
rasanya menengok diriku sepuluh tahun lalu. Gadis muda dengan cita-cita
menggebu dan harapan-harapan. Tidak akan menyangkan kalau diakhir satu
dekadenya, Tuhan berkata lain. Hiya..hiya… Ah, hidup semakin berwarna.
Terimakasih Tuhan.. atas semua keajaiban.
Usai bergelut dengan diri, lanjut sesi hening bareng mas
Rangga. Meditasi singkat untuk mengenali diri. Tenang membiarkan apa yag sudah
terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi.
Ditutup dengan soundbath dari Bu Janti. Kami tidur melingkar
dan mendengarkan singing bowl dan merasakan getarannya. Nyaman.. sangat nyaman.
Salah satu bunyi kesukaanku. Singging bowl.
Ditutup dengan makan bersama. Masakan sehat dari Bu janti. Senangnya...
Ditutup dengan makan bersama. Masakan sehat dari Bu janti. Senangnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar