Ajakan Membeli dan Membaca Kampung Buku Jogja
Dua bulan ini menjadi
semacam bulan buku di Jogjakarta. Setelah perhelatan buku musik yang menyedot
ribuan pengunjung di MocoSik, minggu ini ada Kampung Buku Jogja (KBJ).Acara ini
digelar di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosumantri (PKKH) Universitas
Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 2-5 September 2019.
KBJ telah memasuki tahun
ke-5 kali ini mengusung tema Menelisik Bilik-bilik Indonesia yang dimaksudkan
untuk mengajak publik memahami keragaman Indonesia, mulai dari aspek sosial,
budaya, ras, hingga pilihan politik.
Sebelum masuk gedung PKKH
kamu bakal disambut oleh quotes-quotes satire tentang buku. Seperti “Repot
ngurus Ibukota baru lupa ngurus buku” dan “Indonesia mabuk karena anti
literasi.” Sempatkan juga berfoto di area pintu masuk di depan photoboth yang
terbuat dari susunan kardus. Kardus menjadi bahan utama hiasan di KBJ.
Masuk ke dalam ruang
pameran, ribuan buku siap untuk kamu bawa pulang. Banyak buku dari penerbit indie
yang tidak dijual di toko buku mayor. KBJ tahun ini menghadirkan penerbit indie
sebanyak 38 penerbit, 20 penerbit mayor, dan 15 toko buku. Mereka tak hanya
dari Yogyakarta, melainkan juga dari Malang, Surabaya, Bandung, Jakarta, juga
Semarang.
Tidak hanya buku baru,
kamu juga bisa hunting buku-buku lawas dan bekas. Bagi pengepul buku lawas
cocok banget mampir ke KBJ. Ada buku lawas berbahasa jawa, inggris hingga
bahasa latin. Buku-buku ini dijual mulai harga 20.000, untuk buku langka bisa
mencapai ratusan ribu.
Selain membeli buku kamu
juga bisa mengikuti banyak acara menarik di KBJ. Ada beragam workshop, pertunjukkan
sastra, dan talkshow. Info lengkapnya bisa kamu lihat di media sosial dan
website KBJ.
Gak perlu takut lapar dan
haus juga kalau berlama-lama d KBJ. Tersedia banyak stand makanan dan minuman
di sana. Minimal kau bisa baca buku atau ikut talkshow sambil ngopi lah ya.
Salah satu talkshow yang berangsung di hari pertama adalah “Ngisruh Sejak dalam Pikiran”. Pada talkshow
kali ini dibahas mengenai pentingnya literasi dan keadaan literasi era media
sosial. Sekarang banyak hoax berseliweran dan dipercaya karena waganet enggan
membaca dan menelusuri kebenaran sebuah berita. Apa saja yang diposting oleh
para influencer mudah dipercaya dan menjadi viral.
Salah satu pengisi
talkshow tersebut adalah mas Sabrang. Beliau mengungkapkan pentingnya menulis
da membaca. Menulis adalah proses untuk mengabadikan ide dan gagasan hingga
dapat sampai kepada generasi selanjutnya. Sedangkan membaca sebenarnya tidak
melulu untukmenghafal isi buku, tapi untuk melatih proses berfikir. Melalui
aktivitas membaca, kita bisa melatih otak untuk berfikir lebih komprehensif dan
sistematis.
Kemapuan berfikir kritis ini
nantinya akan membuat kita tidak muda terkan berita hoax yang beredar di media
sosial, juga mampu untuk menyaring informasi di tengah banyaknya informasi yang
kita terima setiap harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar