Coba Perhatikan Lagi, Kamu Ternyata Gak Sendiri
Akupun tipe yang
tidak mudah menceritakan permasalahan pribadi kepada orang lain. Ya kalau bisa
diselesaikan sendiri, udah kerjain sendiri aja. Tapi kalau kulihat, ada pola
berulang dalam lingkaran pertemananku. Selalu akan ada satu orang yang paling
dekat, sudah berganti beberapa kali, seiring dengan perubahan dalam
hidupku. Tapi selalu ada satu orang yang
akan aku tuju ketika aku gak ngerti lagi, atau aku butuh mengekspresikan
sesuatu pada orang lain.
Ya.. kita sama tahu
lah, pendamping paling bisa diandalkan adalah Tuhan. Wong kita belum ngomong
aja sebenarnya Beliau sudah sangat paham. Beliau juga Maha Mendengar, mau
berkeluh kesah apa saja bisa, pakai bahasa apa saja paham. Tapi tidak
dipungkiri, tetap membutuhkan seseorang yang bisa langsung dilihat dan didengar,
diajak makan dan jalan. Apalagi kalau pas lemah iman, gak bisa peka dengan
jawaban Tuhan yang halus dan lembut. Gak peka sama kode Beliau.
Salah satu tempat yang
bisa kamu tuju adalah keluarga, orang tua, terutama ibu yang bisa tahu keadaan
kita meski belum ngomong apa-apa. Keluarga adalah tempat kembali yang menerima
kita apa adanya. Apapun masalahnya. Mungkin kamu gak terbiasa, tapi cobalah.
Ketika merasa sendirian, pulang atau menceritakannya pada keluarga.
Memang tidak semua
orang punya keluarga yang dekat dan hangat. Ada yang tidak terbiasa terbuka
dengan keluarganya, ada yang gayanya cuek aja, ada pula yang justru keluarga
adalah sumber masalah. Banyak juga yang tidak punya rumah yang nyaman, rumah
menjelma menjadi neraka yang menyesakkan.
Coba ingat-ingat, kamu
masih punya teman. Seseorang yang bisa dipercaya. Bagi mereka yang ekstrovert
bisa lebih mudah menceritakan apa saja sama temannya. Hanya, jangan sembarang
bercerita pada random person. Pastika dia adalah orang yang bisa dipercaya.
Nah, kalau tipe introvert yang memang sejak DNA susah ngomong sama orang gimana
dong? Satu orang saja cukup, satu orang yang membuatmu nyaman dan menerimamu
sebagaimana kamu.
Bagaimana kalau kamu
gak nemu siapa-siapa dan gak tahu lagi, gak ada teman, benar-benar sendirian??
Balik ke Tuhan,
mintalah seorang teman. Kalau belum ada? Tetaplah yakin dan bersabar. Yakinlah
kamu akan menemukan orang-orang yang tepat. Mereka yang baik dan mengerti,
tanpa ingin timbal balik. Udah sebulan, tiga bulan kok masih ngerasa sendirian?
Oke, jadikan Tuhan yang
utama dan pertama. Selalu seperti itu, hingga kalau kamu sudah punya teman
manusia, gak lupa padaNya.
Aku juga pernah merasa
sendirian, tapi karena aku aja yang gak peka dengan orang-orang baik
disekitarku. Aku aja yang keras kepala terlalu egois untuk menunjukkan bahwa
aku lemah. Aku aja yang penakut untuk memulai. Lalu serta merta merasa bahwa
“Gak ada yang mengerti.” . Halah… drama banget. hehe…
Setelah mengakui bahwa
aku membutuhkan orang lain, banyak orang yang datang. Mereka yang bisa mengerti
dengan mudah situasiku. Aku menyebut mereka keluarga jiwa. Para angel baik hati
yang mencerahkan hdupku. Sekarang aku tahu, siapa yang akan kuhubungi kalau
mimpi buruk, kalau lagi galau, kalau lagi takut, menceritakan hal-hal yang aneh
dan absurd sekalipun. Ketika kamu percaya kamu gak sendirian, maka itu akan
benar-benar terjadi.
Terimakasih untuk
orang-orang baik tanpa pamrih dalam hidupku.
NB.
Sefruit ucapan, biar
kau senang hari ini Jo. Teman menghadapi kegelapan dan aneka kesulitan.
Hei, Jo semoga kau
tidak bosan menerima deretan voice note dariku. Aku juga suka dengan curhatan
panjang lebar macam novel yang kau kirim. Kau tahu, sudah sejak lama caramu
menghadapi hidup itu menguatkanku. Aku merasa kita mengalami hal yang mirip,
tapi kalau kau itu ekspresif, lebih jujur dengan pikiran dan perasaanmu. Bisa
mengkomunikasikannya dengan baik. Bagiku yang sebaliknya, kemampuanmu itu
impresif. Lalu kau bilang, apa yang aku lakukan juga membuatmu bersemangat dan
terinspirasi. Alhamdulillah ya Jo, kita sama-sama berguna. hehe…
Terimakasih untuk mulai
berbicara denganku, meski kau sempat marah waktu itu. ahaha… bukankah kita
belajar benyak tentang tata cara berkomunikasi sekarang? Yah.. aku sih..
belajar banyak darimu.
Tahu tidak, nama Paijo
itu pertama kali kuberikan pada kucing di salah satu kebun besar Jogja.
Kucingnya macho Jo, kayaknya suka olahraga. Macam kau itu, tapi kalau kau tetap
tipe-tipe anak manis. hehe… Oh.. kamu
akan tampak maskulin dihadapanku kalau beliin aku es krim atau balon sabun. Nah,
itu momen di mana aku melihat sisi maskulinmu. Ahahaha….
Oh, iya satu lagi, juga
pas kau mampu menceritakan satu isi buku.
Kau boleh panggil aku
apa deh, Jon/Bude/bi Surti.. asal pas kau panggil aku Dha ga salah. Harus pakai
H Jo, Wardha pakai H!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar