Teman Hijrah
Share saja. Karena
kemarin juga mendapat cerita dari teman yang sering di ejek karena jilbab besarnya
di kampus dan sekolah, ditanyai macam-macam ketika mulai berubah penampilan
oleh teman kantor, bahkan ada yang dikira hamil karena tiba-tiba memakai gamis
dan jilbab besar. Parah banget.....
Hari ini ada yang bertanya padaku.
Bertanya dengan sangat sopan. Mengawali dengan permintaan maaf jika
pertanyaannya bisa menyinggung perasaan. Bahkan tidak apa jika aku tidak
berkenan menjawab. Orang yang baik dan tepat waktu kalau janjian. Kalau kamu baca
tulisan ini dan merasa, boleh kok senyum-senyum.. Terimakasih hari ini sudah
membantu mengurus web.
Kurang lebih percakapannya seperti
ini:
“ Kamu kan sering ikut kajian-kajian. Apa
mereka tahu kamu juga model? Ukhti-ukhti kan biasanya agak anti gitu”
Me : “Tahu kok.”
“Trus, apa tanggapan mereka?”
Me: “Biasa aja. Mereka tuh
baik-baik, they have a good personality. Gak semua golongan keras dan anti sama
orang yang beda. Alhamdulillah yang aku temui di Jogja baik-baik.”
“Trus gak dinasehatin gitu atau
gimana?”
Me: “Biasa aja. Mereka mengajak
kepada kebaikan. Tapi juga gak terus frontal. Kamu salah harus berubah dll dll.
Mungkin ada yang aneh juga kali, aku ya model, ya kajian, ya main. Tapi semua masih
kujalani dengan senang. Aku punya tujuan dan alasan sendiri.”
“Apakah itu hanya di depan kamu
saja? Cewek kan suka gitu ya?”
Me: “Menurutku gak. Bisa dibedakan
kok mana orang yang tulus dan bertopeng. Kalau belajar psikologi pasti terasah
kemampuan ini. Justru di kajian itu banyak kisah hijrahnya. Jadi belum semua
juga sudah paham islam banget. Banyak juga yang baru belajar, baru pakai cadar,
ada yang dulu anak gaul, macam2. Justru banyak kisah menarik.”
“Ya aku tahu sih dan katanya malah
banyak gitu.”
Me: “ Kan kita tujuannya menjadi
lebih baik, bersama. Bukan nyuruh-nyuruh orang berubah dengan doktrin. Justru
menjadi teman.”
“Yuhuuu…”
Yak,, dapat poinnya?
Sering juga mendengar nasehat dari
teman-teman agar berhati-hati dengan kegiatan kajian. Takutnya aliran ekstrim
atau bahkan sesat. Di Jogja memang banyak banget banget banget nget kajian
setiap harinya. Tinggal milih deh yang mana. Mau kajian yang ringan, berat
bahas kitab, kajian umum, kajian dari pondok yang isinya pasti bercadar, kajian
rutin, kajian gaul kekinian, mau belajar bahasa arab sebulan, tiga bulan,
bahkan sekolah 4 semester di Mahad, mau menghafal Qur’an atau sekadar belajar
tahsin, mau mondok yang beneran atau belajar intensif di pondok tapi program
khusus mahasiswa yang tetap pulang ke kosan/rumah, macem-macem lah. Kalau takut
terbawa aliran ya bisa pilih kajian dari kampus atau dari lembaga yang
terpercaya.
Lalu masalah pendapat bahwa ukhti
atau akhi itu mungkin melihat kita yang biasa ini sebagai orang yang aneh atau
tidak benar, sebaiknya dihilangkan dulu kalau belum kenal. Karena kenyataannya,
pengalaman pribadi, mereka super ramah dan baik hati. Menebar salam dan hangat.
Mereka menerima semua yang ingin belajar. Mereka adalah teman hijrah yang akan
mengingatkan dan menguatkan saat iman melemah. Mereka adalah teman dunia hingga
akhirat. Terharu gak sih? Bukankah kadang kita sendiri yang melihat orang
bercadar dan memakai celana cingkrang itu aneh. Setiap orang menempuh jalannya
masing-masing. Saling menghormati dan berpikiran baik saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar