Proses Pengolahan Teh Hitam
Teh hitam merupakan teh yang sangat sering dan umum dikonsumsi masyarakat Indonesia. Es teh seakan primadona yang menyegarkan di terik siang dan teman setia saat makan. Secara umum, pengolahan
teh hitam di Indonesia dapat dikategorikan dalam dua sistem, yaitu sistem Orthodox dan sistem baru seperti CTC (Crushing-Tearing-Curling) dan LTP (Lowrie Tea Processor). Meski sistem yang
digunakan berbeda, secara prinsip proses pengolahannya tidaklah jauh berbeda.
Pelayuan
Tahap pertama pada proses
pengolahan teh hitam adalah pelayuan. Selama proses pelayuan, daun teh akan
mengalami dua perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat
dalam daun serta menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi lemas.
Proses ini dilakukan pada alat Witehring Trough selama 14-18 jam tergantung
kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan
pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai muda
menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan
buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak.
Penggilingan dan Oksimatis
Secara kimia
Selama proses pengilingan
merupakan proses awal terjadinya oksimatis yaitu bertemunya polifenol dan enzim
polifenol oksidase dengan bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan
memar dan dinding sel pada daun teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar
dipermukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh.
Selama proses ini berlangsung, katekin akan diubah menjadi tehaflavin dan
teharubigin yang merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun
aroma seduhan teh hitam. Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit
tergantung kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan. Mesin yang
biasa digunakan dalam proses penggilingan ini dapat berupa Open Top Roller
(OTR), Rotorvane dan Press Cup Roller (PCR) : untuk teh hitam
orthodox dan Mesin Crushing Tearing and Curling (CTC) : untuk teh hitam CTC.
Pengeringan
Proses ini bertujuan untuk
menghentikan proses oksimatis pada saat seluruh komponen kimia penting dalam
daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun
teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini dapat memudahkan proses penyimpanan dan
transportasi. Mesin yang biasa digunakan dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed Dryer) pada suhu 90-95C selama 20-22 menit. Sebenarnya output
dari proses ini sudah dapat dikatakan sebagai teh hitam meski masih memerlukan
proses lebih lanjut untuk memisahkan dan mengklasifikasikan teh berdasarkan
kualitasnya. Untuk itu diperlukan proses sortasi dan grading.
Sortasi and Grading
Sortasi bertujuan untuk
memisahkan teh kering berdasarkan warna, ukuran dan berat. Sedangkan grading
bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan standar mutu yang telah disepakati
secara nasional maupun internasional.
Pengemasan
Teh yang telah disortasi
dan digrading dimasukkan dalam peti miring yang selanjutnya dimasukkan ke dalam
tea bulker untuk dilakukan pencampuran (blending). Proses ini untuk
menghomogenkan produk teh dalam grade yang sama. Mengingat produk pertanian
senantiasa mengalami fluktuasi kualitas, maka produk teh dari batch ke batch
dari hari ke hari senantiasa berbeda. Untuk menghilangkan perbedaan tersebut
dilakukanlah pencampuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar