Beberapa hari ini kau tiba-tiba sering mucul di mimpiku. Aku
pura-pura bertanya kenapa, tapi jiwaku jelas bisa memaknainya jika kami mau
sebentar saling jujur. Aku masih berbaring di tempat tidur.
Kebiasaan baru
akhir-akhir ini adalah berusaha keras mengingat mimpi. Dering pesan pribadi,
pesan grup, telepon, semua kuabaikan. Aku sedang tidak mau bertemu siapa-siapa,
atau membicarakan sesuatu dengan seseorang. Aku mau menghabiskan hari ini
dengan diriku saja. Ada banyak sekali hal yang harus kami bicarakan. Banyak
sekali, hingga rasanya seharian pun tak cukup.
Hari telah berganti, tapi yang ada di mimpi ya kau lagi, kau
lagi. Ada apa ini? Bulan ini adalah bulan kita. Super Blod Moon yang indah. Mungkin saja energinya membangkitkan banyak hal yang terkubur sebagai masalalu. Tapi belum selesai.
“Tidak perlu bertanya lagi. Kita sudah membicarakannya
kemarin” kata jiwaku dengan nyaring.
Sepertinya dia jadi tidak sabar denganku.
“Segera selesaikan!” katanya lagi dengan sangat tegas.
Baiklah.. sudah sejak lama aku ingin mengatakannya padamu.
Pada semua yang kurasa harus tahu. Tapi aku ragu, ragu sekali apakah ini
penting?
“Sangat penting!” ulang jiwaku lagi.
Ah.. iya..iya.. kau
berhasil membuyarkan ketakutanku. Aku menghela nafas panjang mencoba tenang dan
berfikir jernih. Jernih diantara pikiran-pikiran liar yang menghantuiku. Mereka
itu lebih merisaukan dari pada hantu. Meski aku belum pernah melihat hantu
sungguhan.
“Hei fokus! Kenapa malah bicara tak penting?”
Duh.. sial.. apa kau tidak tahu betapa sulitnya ini bagiku?
Bagaimana kalau ini tidak penting? Ah, betapa pengecutnya aku ini ya. Aku masih
suka takut, masih. Kau tahu ini kan?
Aku menghela nafas, mencoba untuk tenang. Baiklah.. aku
mulai. Ini adalah isi pikiran dan perasaanku untukmu.
Pertama aku ingin meminta maaf. Sungguh, aku sangat merasa
bersalah. Merasa menjadi orang jahat, lebih tidak berperasaan dari Thanos yang
tega menghapus sebagian kehidupan di bumi. Aku merasa berperan dalam menghapus
harapan-harapan baikmu. Sangat tega dan terlalu beku untuk lebih peka. Waktu
itu.. ya waktu itu.
Aku kembali memikirkan semuanya. Semua yang kau lakukan dan
semua kebodohanku. Aku pastinya adalah bagian dari sumber rasa sakitmu. Meskipun
ada bahagianya, pertemuan denganku. Tapi pasti juga banyak sakitnya. Aku
sungguh-sungguh minta maaf. Rasa bersalah ini membelengguku dan membuatku sulit
untuk melepaskanmu. Melepaskan ikatan karma. Menjadi masa lalu yang tidak
selesai dan menghantuiku. Aku harus selesaikan, harus aku lepaskan.
Ada yang mau disampaikan juga oleh jiwaku. Langsung padamu.
“Hei,
bicaralah” kataku.
“Anak bodoh ini tidak pernah bisa melupakanmu. Sungguh. Aku pun tidak
pernah menyimpan rasa benci dan amarah. Aku bersyukur, pertemuan denganmu
adalah proses belajar yang sangat berharga. Sangat sangat berharga. Membuatku
tumbuh dengan cepat. Karena kehadiranmu. Terimakasih.”
Sudah begitu saja? Gak ada kata yang lebih manis atau
panjang begitu?
“Apa lagi? Apa yang aku sampaikan seharusnya bisa dengan
mudah sampai juga ke jiwanya, jiwa yang damai itu.”
Satu hal itu yang aku sesali, semua tingkah buruk yang
terlalu egois. Itu belum bisa aku lepaskan. Tentang bagaimana semua ini
berakhir, aku tidak menyesal. Inilah yang terbaik. Pertemuan dan perpisahan
dalam hidup adalah hal yang lumrah terjadi. Manusia hanyalah tokoh, semua
ceritanya sudah ada dalam genggaman Tuhan. Kita jalani saja bagian
masing-masing dengan menyimpan segala pelajaran. Aku berharap kau bisa sembuh
total. Dari sisa masa lalu, aku juga. Aku sangat berharap kau memiliki
kehidupan yang baik. Aku masih percaya kau kuat, sangat kuat dan bijaksana. Tak
apa jika terjatuh, kau pasti bisa bangkit lagi.
“Hei, aku mau bicara lagi.”
Ah, iya silahkan. Aku sudah kehabisan kata-kata.
“Kisah pertemuan kita akan selalu abadi. Jiwa kita masih
bisa terhubung melalui energi baik. Mengirimkan kasih sayang dan doa-doa untuk
kebaikan bersama. Meskipun tidak pernah lagi bisa berjumpa. Mari lepaskan,
murnikan energi negatif biar karmanya terputus. Bagi kita dan untuk kehidupan
selanjutnya. Apa yang kamu lakukan sudah benar, sangat benar. Ketika aku gagal
mengendalikan ego dan memaknai dengan benar. Aku telah belajar. Terimakasih.”
Baiklah.. bagian penutup. Proses pemahaman dan penerimaan
panjang ini harus diakhiri. Akan selalu ada cinta untukmu. Pasti, tidak akan
pernah hilang. Cinta yang membuatku memaafkan segalanya, cinta yang membuatku
merasa bersalah, cinta yang membuatku selalu berterimakasih untukmu, cinta yang
membuatku selalu ingin agar kau bahagia. Aku ingin mendengar kabar-kabar baik
tentangmu. Mendengar kelahiran bayi lucu dalam keluargamu, melihat fotomu
jalan-jalan satu keluarga, melihat senyuman kalian semua. Ingin sekali agar aku
tenang dan bisa ikut berbahagia.
Mari kita melepaskan semuanya. Simpan saja pelajaran
berharganya. Menerima kehidupan dengan penuh syukur. Menjalani kehidupan dengan
kuat. Kita harus sangat kuat. Terimakasih… mungkin sejak awal kau merasa aku
adalah twin flame mu, bagian jiwa yang seharusnya kau jaga. Aku merasa kau
adalah soulmate bagiku, hadir menemani disaat aku sendirian. Apapun itu, kita
tidak harus berakhir dengan union. Kita adalah jiwa utuh yang memiliki
perjalanan masing-masing. Kita syukuri pertemuan ini.
Selesai.
Untuk kalian yang saat ini masih merasa sakit dan bersedih
Untuk kalian yang masih berusaha keras untuk move on dari belenggu hubungan
Untuk kalian yang sedang meratapi pertemuan soulmate atau twin flame yang tidak berakhir dengan kebersamaan
Untuk semua hati yang meneteskan air mata karena rasa cinta
hem... sulit ya..
Memang, proses yang sulit.. tapi bertahanlah.. kamu pasti bisa. Kalian sudah tahu betul bahwa pertemuan dan perpisahan adalah hal lumrah di dunia. Tahu, tapi belum bisa benar-benar menerima, benar-benar iklhas. Perlu proses memang, bisa segera bisa panjang.
Tak apa.. ingatlah, kamu adalah jiwa yang utuh. Meski sendiri, kamu selalu utuh. Renungkan semua yang telah terjadi. Putar lagi film memori dengan pikiran yang jernih dan tenang. Bisa sholat dulu, meditasi, jalan-jalan, memanjakan diri atau apalah yang membuat dirimu senang. Putar film kenangan dengan berani. Berani untuk menghadapi segalanya.
Ambil semua pelajarannya. Lalu lepaskan sisa2 yang tidak menyenangkan. Dengan cara masing-masing. Minta maaf, bersih-bersih, merelakan, atau apa saja. Yang intinya adalah proses menerima dan melepaskan. Mari tidak menyakiti diri sendiri dengan menyimpan yang tidak seharusnya. Jangan.. cintailah dirimu. Hiduplah bahagia.
Hehe...