Seperti apa sebenarnya rupa cinta?
Kadang sederhana pada jiwa pemimpi
Yang tidak bisa bebas dari rantai bumi
Mereka menulis syair-syair kekasih
Kadang menjadi begitu rumit dan kejam berbalut nafsu
Apa saja atas nama cinta
Yang hasilnya adalah luka-luka
Kadang berat menimpa hamba yang bahkan diri sendiri masih dicarinya
Hingga tersisa sunyi dan hampa
Kadang juga begitu damai dan dipenuhi kehidupan pada mereka yang penuh penerimaan
Bahagia.. begitulah seharusnya cinta bukan?
Karena dariMu ia berasal

Aku masih tidak mengerti
Mana rupa sebenarnya
Harusnya damai saja

Ketika aku merasa atau punya ide bahwa cinta akan datang
Seakan aku ditarik kembali
Untuk belajar dan menyelam lebih dalam
Pada keagunganMu
Karena lemahnya aku
Cinta membuatku lupa
Lupa
Lupa....
Menuju manusia
Menuju dunia

Bagaimana bisa aku bilang cinta
Sebelum benar cintaku padaMu
Sebelum setia jiwaku untukMu
Seperti perjanjian
Ketika kuputuskan untuk menuju bumi
Menjadi manusia

Mana Rupa Cinta

by on Maret 13, 2018
Seperti apa sebenarnya rupa cinta? Kadang sederhana pada jiwa pemimpi Yang tidak bisa bebas dari rantai bumi Mereka menulis syair-syair k...
Sabtu, 10 Maret Jogja Berkebun mengkuti kegiatan berkebun di Agradaya. Sambutan yang raman dari pemilik Agradaya, Mas Andhika Mahardika serta istrinya membuat kami lebih bersemangat untuk berkebun. Sebelum memulai kegiatan, Mas Andhika memberikan  sambutan dan penjelasan singkat mengenai apa yang akan dilakukan. Agenda berkebun kali ini ada beberapa bagian, yaitu membuat hot kompos, menyemai, membuat pathway kebun dan selai markisa. Sedikit dijelaskan mengenai cara membuat kompos. Ada tiga metode yang biasa dilakukan di Agradaya yaitu:

1. Hot Kompos, metode ini menghasilkan kompos dengan waktu yang relatif singkat. Caranya adalah dengan mencampur bahan yang mengandung banyak C (daun kering) dan N (daun segar/hijau) dengan perbandingan 70:30. Bahan-bahan tersebut dibuat layer dan ditambah dengan bahan-bahan yang busuk atau kotoran dan air secukupnya untuk membantu mempercepat proses fermentasi. Bahan yang sudah dibuat layer kemudian diungkep dengan cara ditutup menggunakan terpal dan dibiarkan selama 4 hari. Setelah 4 hari layer dibolak-balik dan 2 hari sekali dilakukan pengadukan dan penambahan air. Kompos akan jadi setelah 3 minggu.

2. Banana Circle. Metode ini diawali dengan membuat lingkaran dengan diameter 2-3 meter. Semua bahan-bahan organik yang akan digunakan dicampur di dalam lubang tersebut. Di sekitar lubang ditanami pisang agar terbentuk lingkungan mikro yang lebih sejuk.

3. Kandang Ayam, dengan cara mempekerjakan ayam untuk memilah mana yang akan menjadi kompos. Bahan makanan sisa yang tidak dimakan ayam akan menjadi pupuk.

Pathway yang dibuat menggunakan batu-batu pipih yang disusun dengan rapi. Kegiatan selanjutnya adalah membuat semaian bibit. Menanamnya tidak menggunakan polibay tapi daun pisang yang digulung. Metode sederhana ini membuat bibit yang tumbuh tidak akan rusak saat proses pemindahan untuk ditanam pada media yang lebih besar. Terakhir adalah membuat selai markisa. Membuatnya sangat mudah.

1. Siapkan bahan yang akan digunakan, yaitu : buah markisa, air, gula, agar-agar bubuk. Bisa diambah garam sesuai selera. Tidak ada komposisi yang baku, semua bahan tersebut silahkan dicampur sesuai selera masing-masing.

2. Rebus buah markisa yang sudah ditambahkan air dnegan api sedang hingga mendidih.

3. Campur gula secukupnya sesuai selera.

4. Masak dengan api kecil dan tambahkan sedikit agar-agar fungsinya untuk membuat tekstur yang cair menjadi agak padat seperti selai.

Jadi deh.... bisa disaring atau dimakan langsung sama bijinya. Bijinya juga enak kok..


Sambutan dari Agradaya


Teh Bunga Telang dicampur sereh, bunga telang tidak ada rasanya lebih sebagai warna, serehnya kerasa soft banget



Bunga Telang




Membuat Hot Kompos


Membuat Pathway Kebun

Semai bibit tanpa polybah, menggunakan daun pisang


Campuran media tanam 1:1:1 tanah:pasir:kompos

Karena pesertanya banyak kita bantuin masak pecel


Salah satu produk Agradaya



Membuat Selai Markisa


Selai yang sudah jadi


Kombucha Bunga Telang, Rosela, teh biasa









Tanam serentak merupakan agenda yang diselenggarakan oleh Indonesia Berkebun dan diikuti oleh setiap kota seperti Batang, Cirebon, Makssar dan Jogja. Kegiatan yang dilakukan adalah menanam beberapa jenis tanaman dengan ketentuan:
1. Sayuran daun
2. Sayuran buah
3. Buah yang bisa dipanen dalam waktu tiga bulan
Tanam serentak dimulai pada tanggal 24 Februari dan berlangsung selama 3 bulan mendatang. Selama proses penyemaian benih, menanam hingga panen setiap daerah bisa memposting kegiatannya di media sosial. Tidak mau ketinggalan dengan kota lain, Jogja Berkebun juga mengikuti agenda ini.

Rencana Map Kebun
Memperbaiki Bedengan
Merapikan Kebun

Menyiapkan Bibit



Menanam Bersama





Merawat yang sudah ada
Menanam dengan gembira





Sabtu, 24 Februari 2018 Jogja berkebun kedatangan tamu istimewa sekali. Ibu Ida, merupakan salah satu co Founder Indonesia Berkebun dan pegiat urban farming. Ibu Ida itu orang baik banget dan santai. Aku bertugas untuk menjemput dan mengantar beliau, jadi bisa ngobrol banyak. Asyik lah beliau ini orangnya. Udah ke Jogja biaya sendiri seharian ngasih materi, keren banget. i admiring her from the first time we meet. Acara ini diadakan di Caping Merapi, mau kepo silahkan search IGnya ya.. banyak anggrek di sana.



Materi pertama yang disampaikan beliau adalah menenai Indonesia berkebun itu sendiri. Bagaimana sejarah berdirinya, tujuannya, dan kegiatan-kegiatan Indonesia Berkebun saat ini. Indonesia berkebun merupakan komunitas sosial yang menyebarkan semangat berkebun. Inisiatornya dulu Kang Emil yang memanfaatkan lahan kosong di Jakarta untuk menanam bersama. Indonesia berkebun memiliki tiga landasan utama, Ekologi, Ekonomi, dan Sosial. Jadi dengan berkebun kita memahami fungsi lingkungan sekaligus merupakan kegiatan sosial yang bernilai ekonomi. Bukan hanya sekadar menanam dan memanen tanpa makna.

Menanam terlihat sederhana, menunggu tumbuh, panen dan dikonsumsi. Ya, tujuan utama menanam memang untuk kepentingan konsumsi. Selain memahami bagaimana cara menanam yang benar, kita juga harus mengetahu manfaatnya, agar selalu bersemangat untuk terus mananam. Ada beberapa poin yang disampaikan Bu Ida.

Menanam yang ada nilai gizinya. Memang dengan asal menanam saja tanaman tetap akan tumbuh dan bisa dipanen. Tapi belum tentu sayuran atau buah tersebut mengandung nilai gizi yang dibutuhkan tubuh atau mengandung nilai gizi seperti yang seharusnya. Cara menanam, media yang digunakan, penggunaan pestisida sangat berpengaruh terhadap kandungan gizi pada tanaman. Bahkan cara yang salah dapat menyebabkan tanaman terkontaminasi logam berat. menggunakan air atau tanah terkontaminasi atau menanam di dekta jalan raya yang banyak polusi timbal misalnya. Menyebabkan polusi atau racun tersebut terserap tanaman dan justru kita makan. Jadi perhatikan metode yang digunakan dan rawat tanaman dengan baik. Nutrisi yang akan kita makan berbanding lurus dengan nutrisi yang kita berikan. Ya kalau tanamannya hidup seadanya makan yang kita makan nutrisinya juga seadanya donk. Jangan berharap tanaman yang terlantar bisa dengan sendirinya memberikan zat-zat gizi seperti yang kita inginkan.

Memperhatikan media tanam. Pelajaran biologi ini. Jadi di dalam tanah, di daerah perakaran itu ada yang namanya Rhizosphere. Semacam lingkungan perakaran dengan berbagai macam mikroorganisme yang hidup di dalamnya. Jika lingkungan ini terjaga dengan baik, maka tanaman akan tumbuh subur. Karena penyerapan nutrisi juga dibantu oleh mikroorganisme tanah. Bukan hanya pupuk saja yang penting. Belum tentu pupuk yang kita berikan itu bisa terserap sempurna lo sama tanaman. Pupuk bisa diserap tanaman jika ada bantuan mikroorganisme dan pH tanah seimbang. Intinya menjaga kesuburan tanah itu sangat penting, tidak hanya memberi pupuk saja. Bagaimana cara menciptakan lingkungan perakaran yang baik ini? Pakai pupuk kandang atau kompos saat menanam. Biar tanahnya bisa recovery. Tanah yang digunakan terus-menerus tanpa recovery akan menyebabkan penurunan hasil produksi dan bahkan tidak dapat ditanami lagi.

Materi selanjutnya adalah mengenai penataan kebun. Apalagi kalau kita ingin hasil panennya bisa bernilai ekonomis. Maka penataan seperti pembuatan bedeng dan menyeseuaikan waktu panen sangat penting.

Ada banyak yang disampaikan Ibu Ida sebenarnya. Bisa menjadi topik tulisan yang berbeda-beda. Tentang filosofi menanam dan kebun Al Quran juga. Lain waktu saja ya kalau ingat aku tulis tentang dua topik itu. Hehehe... Mau ganti nulis yang lain.

Sampai Jumpa di Kegiatan Jogja Berkebun Selanjutnya...

Pada serius



Semangat Menanam yak.....

Paijo, kucing paling ganteng di Caping Merapi

Mulai bahas dari mana ya? Dari Bayu saja deh. Aku mengikuti video Bayu di Youtube sudah sejak lama. Sejak videonya yang masih kualitas biasa hingga akhirnya berkembang dan sekarang malah bisa bikin Film. Salut banget sama Bayu. Selalu ada konten yang menarik, integritas, kreativitas dan dedikasi untuk setiap karya yang dia buat. Video-video Youtubnya selalu menarik dan enak untuk dinikmati. Menurutku lo ya. Ciri khasnya menggunakan bahasa jawa juga menjadi nilai tambah karena aku sendiri juga orang jawa. Bahasa ibu itu seakan menjadi magnet yang menarik buat nonton videonya lagi dan lagi, di luar isi kontennya yang memang menarik.

Sekarang dia membuat film berbahasa jawa. Dia yang nulis, yang main, yang mempromosikan sekaligus jadi sutradara. Mulai dari membuat naskah, tidak mudah membuat naskah yang menarik dan rasional. Dalam sebuah naskah bukan hanya alur ceritanya yang harus menarik tapi juga rasional. Jangan sampai ada kejadian yang ujug-ujug. Ujug-ujug artinya gak logis, kok bisa tiba-tiba ada adegan ini? Ada adegan itu? Membuat naskah drama saja susah apalagi film.. terus dia ikut serta dalam semua proses pembuatan film. Luar biasa rek.. luar biasa.. Pakai bahasa jawa lagi, dan di film ini dia berhasil menggaet banyak artis terkenal meski ada yang munculnya hanya beberapa detik. Tapi banyak artisnya lo.

Aku nonton filmya langsung tanggal 22 hari pertama tayang. Ini pertama kalinya aku sangat anthusias dengan film Indonesia. Benar-benar kunanti. hehe... Dan ini film yang pertama kali kutonton juga setelah dua tahun di Jogja tidak menginjakkan kaki di Bioskop. Pertama karena aku sudah mengikuti kontennya Bayu sejak lama dan kedua karena bahasa Jawanya. Aku jadi merasa, sebagai orang Jawa harus turut mensupport film ini. Benar saja, hampir dua jam nonton Film ini rasanya membuatku kangen main ke Jawa Timur. Nonton film ini tuh capek, capek tertawa, yo melu misuh sithik, saking lucu lan ora genah. hehe.. Kalau orang jawa apalagi Jawa Timuran pasti bakal ngeklik banget sama guyonannya, kehidupan sehari-hari banget. 

Sekarang di TV isinya drama impor, generasi muda sukanya artis-artis impor, lalu budaya impor itu mulai masuk dan dielu-elukan. Dikagumi dan menjadi kiblat kehidupan kekinian. Terus lupa dengan budayanya, lupa dengan pondasi moral nenek moyang. Wayang, bahasa Jawa, gamelan, tari tradisional gak dilirik bahkan mungkin dianggap gak berkelas. Ojo ngono rek, meskipun gak iso tapi setidaknya tahu lah kalau kita punya itu semua. Banggalah jadi Jawa dan Indonesia. Nonton wayang itu asyik karena sudah berbalut modern, ceritanya sudah banyak yang disesuaikan dengan kehidupan masa kini. Coba o lihat bagian Punokawan yang meski tak kau pahami cerita lainnya, bagian ini selalu lucu. Gamelan juga sekarang sudah mulai modern dicampur alat musik masa kini bahkan ada yang ngerap segala. Nari jawa juga begitu gerakan dan musiknya bisa di mix and match dengan modern dance. Di mana nontonnya??? Tenang... masih banyak anak muda dan mahasiswa yang belajar itu semua. Kepoin kegiatan meraka dan nonton pertunjukkannya. Kalau di Jogja masih banyak semoga di luar Jogja juga banyak. Aku suka nonton acara-acara seperti itu, bukan karena paham dan bisa, bukan.. tapi aku pengen share, iki loh nonton wayang, tari dan gamelan itu bisa seasyik nonton anime dan drama korea. Bisa semegah orkestra Beethoven, Mozart atau Hydin.

Hari ini Jogja Berkebun mendapat tugas untuk membantu menanam di Desa Bimomartani, Yogyakarta. Kegiatan menanam ini di gagas oleh Ibu Wulan. Penanaman pertama dilakukan di rumah kepala Dusun. Tidak ada koordinasi sebelumnya mengenai apa yang harus kita lakukan di desa tersebut, bayangan kita ya hanya membantu menanam biasa saja di kebun yang telah tersedia. Ternyata kita hanya menanam di pekarangan rumah yang kecil dan sama sekali belum dipersiapkan untuk dibuat kebun. 

Akhirnya, selain berkebun kita juga bertukang untuk membuat rak kayu. Diawali dengan browsing gambar rak dan bahkan metode membuat rak, kita mulai merancang dan menyiapkan bahan. Jadilah tukang dadakan dengan perlengkapan dan bahan yang seadanya. Ada yang baru pertama kali menggergaji padahal cowok, ada yang sudah cukup berpengalaman. Di tengah kebingungan yang melanda dan tidak tahu kayu itu harus dirangkai macam apa, datanglah seorang teman kami yang jurusannya arsitek. Entahlah,, pokoknya bagian rancang merancang kita serahkan padanya. Ternyata tidak salah kita pilih dia jadi ketua pembuatan rak. Terlihat lebih profesional. Ketika bapak-bapak membuat rak dan mencangkul tanah untuk digunakan menanam, ibu-ibu menyiapkan media untuk menanam. Ada beberapa tanaman yang kita tanam, ada cabe, terong, kangkung, kunyit dan kencur.

Membuat vertikultur sederhana

Proses pembuatan rak dari kayu bekas



Tanahnya masih di kebun, nyangkul dulu

Menanam di polybag




Akhirnya rak sederhana dari para amatiran ini jadi dan menghasilkan beberapa polibag dan botol. Dari yang awalnya tidak tahu harus bagaimana akhirnya ada hasilnya juga. Mana ibu yang punya rumah ramah banget dan repot-repot masak makanan buat kami. Senang bisa melakukan sesuatu yang sangat sederhana bagi masyarakat. Semoga kegiatan ini berkembang ke rumah-rumah selanjutnya.

Rak minimalis nan sederhana akhirnya jadi, semoga bisa bertahan
Ketika terjun ke masyarakat, akan ada berbagai macam sambutan. Kebanyakan kita akan disambut dengan hangat dan sangat ramah. Tapi tidak jarang juga ada beberapa yang cuek dan tidak antusias. Tidak masalah, yang penting sesederhana apapun itu kita bisa bermanfaat untuk orang lain. 

Hari yang menyenangkan
Meh sambat kalih sintenYen sampun mekaten, merana uripkuAku welasno ningmas, aku mesakno akuAku nangis nganti metu eluh getih putih
Sayang opo kowe krungu jerite atikuMengharap engkau kembaliSayang nganti memutih rambutkuRa bakal luntur Trsnaku


Lagu dengan judul Sayang pernah menjadi sangat popular baik karena dinikmati banyak kalangan maupun karena kontroversi plagiat. Tulisan ini tidak akan membahas tentang plagiat, tapi tentang band yang mempopularkan lagu tersebut sebelum kembali dinyanyikan oleh Via Vallen. Lagu Sayang adalah lagu yang aneh ketika pertama kali kudengar, apalagi nama bandnya, NDX A.K.A... apa sih artinya? Gak jelas banget nama bandnya. Tapi ternyata, nama yang asing dan aneh itu sudah familiar bagi teman-teman yang notabene adalah mahasiswa, apalagi setelah aku kuliah di jogja. Banyak yang bersemangat nonton NDX. Kemudian aku penasaran, apa sih bagusnya NDX ini.

Sampai aku bertemu dengan video mereka yang di upload oleh Tribun Jogja di Youtube. Aku kagum dengan latar belakang, semangat dan bakat yang mereka miliki. Dari kuli bangunan yang tidak pernah belajar musik, Nanda (salah satu vokalis) mampu menciptakan lagu-lagu yang dikonsumsi oleh ribuan bahkan jutaan fans. Aku juga menonton wawancara mereka di Kick Andy tentang bagaimana mantan kuli bangunan dari Bantul ini membangun karir dan menciptakan lagu. Setelah melihat beberapa video konser dan menikmati lagu-lagu NDX aku merasakan lagu-lagu itu sangat diterima, bukan hanya karena tema dan lirik yang sederhana dan mengena namun juga dibuat dari hati dan pengalaman. Lagu-lagu sederhana itu dinyanyikan sepenuh hati, dibalut kesederhanaan apa adanya, semangat berkarya dan oleh orang-orang yang rendah hati. Dilihat dari wawancara kedua vokalisnya, mereka adalah orang-orang yang masih mempertahankan keserhanaan dan menghargai orang lain. Pembawaan dan lagu-lagu sederhana itu turut membuatku mampu menikmati lagu NDX.

Beberapa video di youtube menunjukkan antusias yang sangat luar biasa dari fans yang disebut familia. Mereka memakai berbagai macam atribut seperti topi dan kaos NDX dan hafal semua lagunya. Biasanya dari satu album ada dua tiga lagu hits, yang lainnya biasa. Kalau NDX ini lagu-lagunya bisa dinyanyikan oleh para penonton. Mereka mampu merangkul berbagai macam kalangan, baik menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Lirik sederhana dan cengkok dangdut ditambah dengan hip hop terdengar menjadi lebih keren, makna lagu yang sangat dekat dengan kehidupan nyata membuat lagu mereka dinikmati banyak orang. Semacam lagu persilangan antara dangdut dan hip hop.

Tidak perlu les musik berbiaya mahal, membuat rekaman album dengan peralatan canggih atau menyewa model-model cantik untuk membuat video klip, mereka mampu meraup 30-45 juta sekali manggung. Mereka adalah pemuda-pemuda cerdas dan berbakat. Salah satu contoh keberhasilan dari seseorang yang awalnya bukan apa-apa, dengan kerja keras dan proses yang panjang kehidupan bisa berubah. Kisah yang cukup panjang membuatku menyukai band ini. Bukan hanya lagunya namun juga cerita dibalik lagu-lagu tersebut. Bagiku, lagu yang dibuat hanya untuk uang dan ketenaran akan terasa kosong dan sementara. Sedangkan lagu yang dibuat benar-benar karena dedikasi dan kesungguhan hati, itulah yang juga akan sampai ke hati para penikmat musik. 
Hidup itu seperti mimpi ketika tidur
Mati seperti ketika terbangun dari mimpi
Jiwa manusia tidak pernah mati
Mati hanya istilah dunia, hanya untuk jasad fisik
Sementara, seperti dunia yang hanya sementara

Hidup ini seperti mimpi
Mimpi yang bisa dikendalikan
Mimpi yang mentukan jadi apa ketika bangun
Mimpi yang buruk
Mimpi yang bahagia
Atau mimpi yang biasa saja
Mimpi hanya sementara, ketika tidur
Sejenak saja

Hidup ini seperti mimpi
Bebas menjadi apa saja
Tapi semua akan tetap berakhir
Mimpi yag berbeda, akhir yang berbeda
Mimpi yang harus diperjuangkan
Agar tersenyum ketika bangun
Bukan mimpi buruk menakutkan yang akan disesali
Mimpi yang indah
Agar siap mengawali hidup setelah terbangun
Bangun dari mimpi di dunia
Untuk hidup yang sebenar-benarnya
Hidup di tempat yang lebih nyata
Hidup kekal selamanya
Dulu pernah juga aku menulis tentang galau yang sedang trend dan ternyata hingga sekarang semakin trend. Dalam arti banyak anak muda, anak-anak, atau anak tua yang kesehariannya mengucapakan kata galau. Sedikit-sedikit galau, sebentar-sebentar galau. Padahal hidup itu ya sekumpulan galau yang kalau sudah teratasi ganti galau yang lain, begitulah mekanisme peningkatan hidup. Kalau galaunya sama berarti belum ada peningkatan dalam kehidupan. Galau berarti ada masalah yang sedang dihadapi atau yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan. Galau karena masalah diatasi dengan menemukan akar permasalahannya, bukan melulu menginginkan solusi instan. Dengan solusi instan bisa saja masalah tersebut bisa muncul dengan tipe yang berbeda namun dasarnya sama. Jika galau karena apa yang diperoleh atau terjadi tidak sesuai keinginan, Tuhan sedang memberikan pelajaran sekaligus latihan sabar dan ikhlas. Semua galau akan menjadi baik jika disikapi dengan baik pula.

Mungkin diantara pembaca ada yang sering merasa di anak tirikan oleh Tuhan. Kenapa semua yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Merasa tidak ada keadilan dalam kehidupan lalu mulai memandingkan dengan kehidupan orang lain yang lebih baik. Melihat pekarangan tetangga yang lebih indah dipandang mata dibandingan pekarangan sendiri yang hanya berisi tanaman layu hampir mati. Bagaimana mungkin pekarang bisa indah jika pemiliknya justru menghabiskan waktu memandang dengan takjub pekarang orang? Bukannya merawat pekarang sendiri dengan lebih telaten. Mencabut tanaman yang tidak berguna, berpeluh mengolah tanah, belajar bagaimana cara merawat tanaman dan memilih apa yang akan ditanam sesuai dengan musim, jenis tanah atau kemampuan untuk merawat. Bukankah analogi merawat pekarangan ini bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata? Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain lebih baik mulai merawat pekarangan sendiri, mulai membenahi kehidupan pribadi.

Bersyukur dan menerima apa yang ada. Karena mau bagaimanapun kita sebagai manusia tidak punya daya untuk mengintervensi atau mengubah takdir jika Tuhan sudah benar-benar menetapkan itu yang terjadi. Masa yang akan datanglah yang harus diperbaiki dengan usaha yang lebih baik. Mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi, pelajaran apa yang harus diambil. Mengetahui kemampuan diri itulah yang harus dikembangkan, kelemahan bagaimana mengatasi, tidak semua bunga bisa ditanam di pekarangan, harus yang sesuai dengan kemampuan diri merawat. Perlu pupuk, pestisida, mencabut rumput ynag tidak perlu. Untuk membuat diri lebih berkembang manusia harus belajar dan menyerap banyak pengetahuan, meninggalkan yang tidak perlu meskipun terlihat menyenangkan. Kadang hidup terasa damai dan menyenangkan kadang begitu menyakitkan. Tanaman kadang berbunga indah tapi jika kemarau daunnya gugur dan terlihat menyedihkan. Tapi dia tidak mati, hanya sabar bertahan menunggu musim semi hingga ia bisa berbunga kembali.
Kajian Surat Al Israa 83-85
Tinjauan Penerapannya dalam memahami diri dan tugas kehidupan.
Tulisan ini sekadar sinopsis dari catatan pribadi saat seminar bersama Nouman Ali Khan (NAK) Indonesia di Jogja. Selain menonton bersama video Beliau kita juga mendapatkan penjelasan langsung dari Ustad Muhammad Firman. Mohon maaf jika masih belum lengkap dan banyak kekurangan.
Tujuan dari pembahasan tiga ayat surat Al Israa supaya kita bisa memahami diri sendiri dan tujuan kita diciptakan. Dengan memahami diri termasuk kekurangan dan segenap potensinya, kita bisa menjalani kehidupan dengan lebih sukses dan dalam.
“Makna pribadi dan kesan pribadi tentang suatu ayat adalah hal penting untuk memahami dan mempraktekkan suatu ayat”
Salah satu hal yang dialami para sahabat adalah mereka benar-benar mampu merasakan bahwa setiap wahyu yang turun ditujukan kepada kehidupan mereka, menjadi tuntunan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Untuk dapat meresapi dan mencintai setiap kalimat Allah SWT pada Al Quran tidak hanya cukup memahami arti dan tafsirnya namun, juga mengkorelasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga setiap kalimat tersebut benar-benar meresap ke dalam hati sanubari.
Sesi seminar diawali dengan slide yang penuh pertanyaan. 
Merenungkan Diri
- Siapa aku?
- Darimana asalku?
- Mengapa aku ada di sini?
- Sedang apakah aku di sini?
- Akan ke mana aku menuju?
Menilai diri 
- Apakah hidupku berharga?
- Apa nilai diriku?
- Apakah diri ini bernilai bagi orang lain?
- Apakah diriku di masa depan akan lebih baik?
Meninjau perjalanan hidup
- Mengapa aku terlahir seperti ini?
- Mengapa hidupku begini?
- dsb
Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu kita untuk memahami diri dan maksud penciptaan. Kontemplasi untuk memahami kehidupan. Skala diri, termasuk yang manakah kamu? Keadaan pada level berapa yang sedang kamu alami dan rasakan? Seseorang bisa berada dalam level yang berbeda setiap saat.
1. Hidup ini tidak bernilai. Lebih baik mati saja. ( Titik di mana seseorang tidak dapat bangkit sendiri. Seseorang dalam titik ini sangat membutuhkan bantuan orang lain untuk bangkit.)
2. Hidup saya tidak bernilai. Mengapa Tuhan menjadikan saya seperti ini? (Gelisah, marah, melimpahkan semua pada Tuhan)
3. Hidup saya tidak berharga. Ini karena orang lain merusak hidup saya. (Tidak bisa memahami dan menerima masalah hidupnya lalu menyalahkan orang lain)
4. Hidup saya berharga. Tapi tidak ada yang istimewa. (Biasa saja, datar, kelebihannya seseorang dalam level ini terhindar dari sombong)
5. Hidup saya berharga. Saya ingin memperjuangkannya.
6. Hidup saya berharga. Ada kesulitan dan kemudahan. Saya menerima dan bersabar.
7. Hidup saya berharga. Saya selalu berjuang untuk meraih keberhasilan. (Mayoritas orang yang berprestasi berada pada level ini. Titik di mana logika berjalan dan seseorang bisa terjebak dengan zona nyaman yang menyulitkannya untuk mencapai level selanjutnya?
8. Hidup saya berharga. Allah SWT yang memberikan nikmat bahkan melebihi dari yang saya upayakan. (Konsisten pada jalan yang benar versi Allah SWT. Benar-benar mengamalkan ilmu agama sesuai syariat.)
9. Hidup saya berharga. Allah SWT memberikan banyak hal namun saya belum banyak bersyukur.
10. Hidup saya berharga dan saya bersyukur.
Siapa yang memiliki alasan dari kehidupannya dia akan mempu menjalani setiap permasalahan dalam kehidupan 
Ketika seseorang mengetahi arti hidup dan arti dirinya, makan dia akan menemukan alasan untuk menjalani kehidupan dengan baik. Mengerti bakat dan kekuatan diri akan membantu untuk menentukan karir apa yang sesuai dan bagaimana meraih kesuksesan.
Ayat 84 : Setiap manusia memiliki syakilah (kepribadian) dan Sabilah (jalan) masing-masing. Tiap orang jalannya berbeda. Berhasil dan berharga bukan berdasar perbandingan dengan orang lain, tapi berdasar pada pemberian Allah SWT. Kita harus menemukan jalan kita sendiri.
Ayat 85: Manusia memiliki Ruh terbagi menjadi dua: Alamul Amr (yang sudah jadi, genetis dalam biologi, bakat, pemberian) dan (Alamul Khald (Berproses, karena lingkungan dan faktor luar). Ruh adalah sumber kebahagian. Kita tidak hanya hidup dengan fisik namun juga menjalani kehidupan bersama dengan ruh. Menjaganya agar tetap baik dan memberikan makanan yang baik bagi ruh.
Ayat 83: Dengan segala kenikmatan yang diberikan, ada saja manusia yang tetap berpaling ketika sukses. Sombong dan penuh keluh kesah. Agar tidak sombong harus memahami maksud ayat 84 dan 85.

Baru saja terjadi pertentangan kecil antara kedua teman kemarin sore. Aku, yang saat itu merasa lelah dan sedikit jengah mudah tersulut dan terbawa emosi, mendukung salah satu yang lebih dekat denganku, padahal belum tahu keseluruhan cerita. Yah,, kewajaran pertama adalah kecenderungan untuk memihak kawan yang lebih dekat, atau jahatnya yang lebih bermanfaat. Sore yang kusesali setelah pikiran lebih sadar. Aku yang berusaha untuk memahami setiap orang sering kali malah gagal paham. Bukankah seharusnya aku menelusuri keseluruhan kejadian baru memberikan kesimpulan dan saran? Maaf, ternyata aku masihlah labil dan jauh dari kebijaksanaan.

Begitulah... sedikit cerita yang membuatku berfikir semalaman. Bukannya membuka jurnal untuk revisi thesis, malah asyik membaca buku kepribadian. Aku tidak yakin, aku berjalan di jalan yang benar atau sedang tersesat dan keblinger dengan buku bacaan. Ah,, sudahlah,, kunikmati saja membaca hingga lelah. Meski tak paham banyak.

Aku yang merasa tidak peka ini, mencoba untuk lebih memahami orang-orang. Tapi sulitnya bukan main. Disaat mood sedang jelek, lelah, letih, lesu, lunglai rasanya rasa tidak peduli lebih mendominasi. Kenapa juga aku memikirkan meraka? Toh sendirinya berkepribadian di luar normal atau nalar. Apalagi yang menyimpangnya lebih ke arah negatif dan menjengkelkan orang-orang sekitar. Ada saja, dalam suatu perkumpulan ada orang anomali yang sering jadi bahan gosip karena perilaku dan tingkahnya cenderung kurang disukai. Padahal bisa saja karena dianya tidak peka, polos bin lugu, atau kurang ilmu pengetahuan cara berinteraksi dengan orang. Atau mereka adalah orang jenius dengan dunia sendiri atau bahkan seseorang dengan pemikiran liberal. Banyaklah jenis anomalinya. Alih-alih memberi saran justru jadi bahan omongan dibelakang. Memuakkan kadang... tapi apa boleh buat, aku seringkali juga terbuai sedapnya gosip. Aku bukan si baik hati tanpa dosa.

Melihat seseorang sebagai individu, lalu memahami mereka satu-satu itu sungguh berat kadang. Lebih mudah jika memandang mereka dalam satu keseluruhan, bahwa manusia sejatinya banyak cela. Pasti ada kurang dan lebihnya, baik buruk tingkahnya.

Aku sendiri tidak pandai bicara, hanya mencoba memahami dan tidak memperburuk situasi. Mungkin golongan orang yang tidak bisa banyak memberi saran, hanya mungkin bisa jadi pendengar. Yah.. untuk sementara hanya itu yang bisa kulakukan. Mencoba lebih sabar dan mengerti. Juga... lebih melihat sisi baik orang-orang. Ah.. terdengar naif.. BIarlah..

Kalau kamu... orang yang seperti apa? Apa yang kamu pikirkan tentang hubungan dan sikap orang-orang?
Senin, 22 Mei 2017 UGM mengadakan acara sarasehan "Peneguhan UGM Sebagai Universitas Pancasila". Acara ini dihadiri oleh Rektor, jajaran senat, dekan, perwakilan pegawai dan mahasiswa setiap fakultas yang ada di UGM. Acara ini berlangsung khidmad dan santai dengan pembicara yang sungguh luar biasa. Sebelumnya aku belum tahu siapa pembicaranya, ketika muncul Zawawi Imron dan Cak Nun, aku senang berada di tempat ini. Bertemu sastrawan besar, tokoh agama sekaligus tokoh Indonesia. Zawawi Imron itu lembut dan kalimatnya lebih cenderung bernada damai, jadi teringat Buya Hamka. Kalau Cak Nun begitu jujur, lugas, blak-blakan, apa adanya namun tetap tinggi tolerasnsi. Beliau berdua merupakan sumber inspirasi dan makanan bagi hati dan pikiran agar rasional dan sehat.



Sarasehan ini dibuka oleh Ibu Rektor. Beliau memaparkan bahwa UGM telah memiliki Pokja Pancasila dan rencana Aksi yang bertujuan untuk menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Beliau menegaskan bahwa UGM adalah universitas yang menjunjung tinggi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Dalam kesempatan kali ini Ibu Rektor juga meresmikan Kanal Pengetahuan UGM untuk berbagi ilmu dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Mewujudkan perdamaian dunia sesuai dengan cita-cita Bangsa. Selain website ada juga aplikasi Thundr dan Elok UGM.



Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan sesi materi dengan 3 pembicara. Zawawi Imron, Pujo Semedi, dan Cak Nun.
Kyai Zawawi Imron menitik beratkan pada keindahan dan kebersihan hati. Beliau berkata "Tanah yang Indah (Indonesia) harus diurus oleh hati yang indah (yang mengamalkan Pancasila). Beberapa poin yang aku catat adalah:
  • Berangkat dari hati yang bersih dan berfikirlah dengan hati yang bersih.
  • Ilmu bukan teks, bukan hanya pengetahuan terhadap buku. Ilmu yang sebenarnya adalah pengetauan hati terhadap kehidupan. Ketika Pancasila hanya berupa teks ibarat tongkat yang bengkok. Jadi saatnya Pancasila bukan hanya dipelajari dan ditelaah, namun diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Ojo Rumongso Iso, tapi iso rumongso. Televisi dan media dipenuhi oleh orang-orang yang merasa bisa, merasa benar, padahal belum tentu mereka paham belum tentu mereka benar.
  • Simpati di bawah empati. Mengalami 1000 kali lebih baik dariada melihat. Hendaknya para pemimpin ini bukan hanya melihat dari kejauhan saja, namun benar-benar memahami apa yang terjadi, dekat dengan rakyat, merasakan kesulitan dan kegelisahan mereka.
  • Sukarno berkata " Bangsa adalah sekelompok manusia yang merasa bersatu karena persamaan nasib dan tujuan perjuangan". Lalu ketika rasa senasib dan tujuan perjuangan telah hilang, bisakah kita disebut bangsa?
  • Hati yang buruk di dalamnya tidak ada keadilan. Karena keadilan sumbernya adalah hati yang bersih, yang bisa digunakan untuk merawat tanah air. Jadilah pemimpin, pelajar, pekerja dengan hati yang bersih. Bukan saling menipu, menghujat. Hanya hati yang indah yang bisa melihat keindahan tanah air.
  • kita disebut manusia karena memiliki kata, menulis dan membaca yang kemudian diamalkan dalam bentuk perbuatan dan menepati janji. Jika Pancasila hanya sebagai deretan kata, tidak diamalkan berati adalah sebuah penghianatan terhadap kata.
Kutipan pusis Beliau,
Kita makan di Indonesia
Menghirup udara di Indonesia
Bersujud di Indonesia
Mati dipeluk bumi Indonesia
Tanah air Indonesia ibunda kita
Jangan diisi dengan fitnah dan permusuhan
Indonesia- ibunda, saudara, cinta
Tempat bersujud kepada Allah SWT



Komentar Pribadi
Dulu ketika aku masih SMA, yang menggelisahkan hati adalah isu nasionalisme yang dinilai sudah pudar. Orag-orag mulai latah dengan budaya asing, produk asing, semua made in luar negeri dan tidak paham negara sendiri. Selama bertugas sebagi paskib di Kabupaten, aku dan teman-teman belajar tentang Nasionalisme. Melatih fisik dan mental untuk mengibarkan bendera, aku selalu ingat moment di mana kita bersama berdoa di bawah tiang bendera untuk tugas esok hari. Moment di mana kota penyimpan bendera dibuka dan aku menyentuh bendera yang akan dikibarkan, rasanya terharu sekali. Bendera itu, memang bentuknya hanya kain, hanya kain berwarna merah dan putih. Tapi jalan yang ditempuh untuk dapat mebuat kain itu berkibar mengorbankan nyawa ribuan orang orang, ratusan ribu, jutaan,,, entah tidak terhingga. Bukan sesuatu yang sepele,, mikir kerjaan dan pelajaran di negara merdeka saja berat apalagi membuat negara merdeka.Kalau sekarang kita tiba-tiba dijajah pakai nuklir, bayangkan tuh.. apa yang akan kamu lakukan? Kita belum punya nuklir buat tandingan. Jadi kalau tidak suka bendera, tidak suka Pancasila, mohon maaf nih,, cari pulau baru buat negara baru. Bukan berperang dengan saudara sebangsa. Biar kita yang cinta NKRI tetap hidup tenang. Masalah koruptor, narkoba dll biarlah kita selesaikan bersama. Bukan lagi berdebat tentang lambang dan asas negara serta perbedaan suku agama. Kata Cak Nun, hal itu udah selesai puluhan tahun lalu. Kita sudah merdeka jadi Bangsa Indonesia dengan bendera merah putih dan Pancasila, udah.

Lanjut..

Pembicara kedua adalah Bapak Pujo Semedi, Beliau memberikan gambaran ketimpangan perekonomian di Indonesia. Orang kaya itu mengubah persepsi orang miskin. Dengan apa? Gaya hidup... gaya hidup.... GAYA HIDUP. Diulang-ulang soalnya penting banget. Mereka mengubah persepsi dari iklan-iklan agar orang miskin itu suka yang aneh2, diluar kewajaran dan kemampuan. Untuk apa? Supaya jualannya laku.  Uang mengalir dari yang miskin ke yang kaya.

Terakhir adalah materi dari Cak Nun, yang paling ku tunggu. Aku menyukai pribadi beliau yang selalu mengajarkan legowo dan lapang dada. Beda pendapat tidak masalah,, asal tidak selalu memaksakan agar orang lain sama. Dalam materinya kali ini Cak Nun menekankan, bahwa Pancasila dan agama tidak bersebrangan. Justru sejalan. Beberapa poin yang aku catat:

  • Kalau menjalankan Pancasila jangan menudutkan yang non Pancasila. Kalau menjalankan agama jangan menudutkan agama lain. Semua dilakukan dengan damai dan toleransi. Tidak harus sependapat tapi jangan memaksakan pendapat. Merasa paling benar.
  • Kalau saat ini ada kaum rasionalis yang membela negara saja dan agamis yang membela agama saja itu semua adalah produk kebodohan. Negara ini bukan jawa, bukan kalimantan, bukan islam, bukan kristen. Tapi Indonesia itu ya Jawa, Kalimantan, Islam, Kristen, semua jadi satu. Bukan negara Pancasila bukan negara Islam tapi negara Islam dan Pancasila. Jangan terbalik pola pikirnya.
  • Kebenaran dari dalam diri dan yang kau yakini tidak perlu semuanya dikeluarkan dan diperdebatkan. Keluarkan saja yang bermanfaat dan mendamaikan, membawa keselamatan. Menghadiri pernikahan orang yang berbeda adat atau agamanya bukan berarti setuju, tapi itulah bentuk toleransi yang baik untuk semua pihak.
  • Kita datang untuk menjadi harmoni.
  • Madinah merupakan nagara yang juga memiliki penduduk beragam, hanya 15% muslim tapi mampu untuk tetap hidup damai.
Beliau menyampaikan betapa tidak bermanfaatnya saat ini kita saling memaki, sedikit-sedikit tidak setuju, bertengkar satu sama lain, heboh mempermasalahkan hal2 yang sebenarnya bukan masalah. Hanya perlu jiwa besar dan lapang dada, itu yang kurang.

Komentar Pribadi
Akhir-akhir ini kalau melihat sosial media, buka youtube, baca berita isinya saling mencaci, fitnah, meme yang mengolok-olok dan menjatuhkan. Menebar kebencian.. gak enak sama sekali dilihat, miris, menyedihkan. Sejak kapan kita menjadi masyarakat yang mengumbar kebencian, seakan memaki adalah hal yang biasa. Mengolok-olok seseorang dan pemerintah adalah lumrah. Apa ya gak capek gitu lo,, menyedihkan.. menyedihkan banget. Bukankah makian adalah hal yang negatif? Munculnya juga dari hati dan pikiran yang negatif. Semakin mudah memaki semakin kotor hatinya dan sempit pikirannya. Gak ada namanya memaki dengan amarah tanda setia kawan, tanda cinta, tanda nasionalisme, gak ada,,, cara kotor tidak bisa digunakan atas nama kebaikan.

Karena aku masih mahasiwa, yuk lah kita mahasiswa menebar kedamaian,, memberikan solusi,, bersinergi..jangan mudah terprovokasi, tidak usah lebay ribut-ribut bakar-bakar.. kita mah mikir aja trus action berdasarkan buah pikiran rasional berlandaskan pengetahuan.. ciee... iya kan? kita kan kuliah cari ilmu, masak gak dipake ilmunya..
Demo,, protes,, boleh,, tapi setelah itu berfikir bersama solusinya apa..
misal nih,, BBM naik,, demo gpp,, tapi setelah itu tugas kita adalah berfikir dan meneliti apa ya solusinya?? yang Biologi memikirkan energi terbarukan yang efektif, minta anak ekonomi buat hitungan ekonominya, minta anak teknik buat alat dan mesin produksinya, minta anak desain dan IT buat publikasi, minta anak sosial berdialog dengan masyarakat dan sosialisasi, minta anak hukum dan politik masalah hak paten dan dialog dengan pemerintah, minta anak komunikasi cari dana swasta atau CSR. Sodorkan ke pemerintah nih,, kerjaan kita.. monggo diterapkan sebagai solusi penghematan BBM.
contoh lagi..
Harga cabe naik??? Demo boleh.. habis itu cari anak pertanian biar diteliti kenapa produksi cabe menurun? Kena hama? Faktor cuaca? Cari anak biologi biar bikin padi tahan penyakit, cari anak ekonomi untuk meneliti pasar dan adakah permainan pasar hingga harganya turun, Sodorkan ke pemeritah,, nih kerjaan kita biar tahun depan penen sukses. Khan keren,,, ya kan??
Meski terbentur dnegan kepentingan politik, kebijakan dll, gpp,, pokoknya kita tetap berjuang.

Sudah ah,, ngomong mah mudah yah..tapi kita tetap harus menuju ke arah itu. Sinergi.

Sekian tulisan yang kemana-mana ini.. sebagian cuplikan acara sebagian kegundahan dan uneg-uneg penulis. Curcol,,, ^^
Belum bahas aplikasi dan webnya, keren banget padahal.. next time saja ya,, nugas dulu..jadi mahasiswa rajin.


1.      Pranata Mangsa
Merupakan metode penanggalan jawa untuk kepentingan pertanian, agar waktu tanam petani pas dan tidak mengalami kerugian. Selain waktu menanam juga disertakan deskripsi fenologi dan gejala alam. Hal ini dapat digunakan masyarakat untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dan menentukan adanya bencana kekeringan atau banjir jika tanda-tanda alam tidak sesuai dengan penanggalan. Sepert musim kemarau yang lebih panjang.
Pranata mangsa diwariskan secara oral, bersifat lokal dan temporal. Petani, umpamanya, menggunakan pedoman pranata mangsa untuk menentukan awal masa tanam. Setahun menurut penanggalan ini dibagi menjadi empat musim (mangsa) utama, yaitu musim kemarau atau ketigå (88 hari), musim pancaroba menjelang hujan atau labuh (95 hari), musim hujan atau dalam bahasa Jawa disebut rendheng (95 hari) , dan pancaroba akhir musim hujan atau marèng (86 hari) .
Musim dapat dikaitkan pula dengan perilaku hewan, perkembangan tumbuhan, situasi alam sekitar, dan dalam praktik amat berkaitan dengan kultur agraris. Dalam pembagian yang lebih rinci, setahun dibagi menjadi 12 musim (mangsa) yang rentang waktunya lebih singkat namun dengan jangka waktu bervariasi. Tabel berikut ini menunjukkan pembagian formal menurut versi Kasunanan. Perlu diingat bahwa tuntunan ini berlaku di saat penanaman padi sawah hanya dimungkinkan sekali dalam setahun, diikuti oleh palawija atau padi gogo, dan kemudian lahan bera (tidak ditanam)

2.      Gamelan
Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenian. Pada jaman dahulu masyarakat jawa dapat membuat instrumen musik dan menciptakan berbagai macam nada dan irama menggunakan gamelan. Istilah “karawitan” yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya.  Berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa paling tidak ada pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa.
Musik merupakan salah satu unsur penting dalam upacara keagamaan. Di dalam beberapa kitab-kitab kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas upacara. Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut 'vaditra' yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek), begat (instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik pukul).
Pengelompokan yang lain adalah:
a.         Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena dipukul.
b.         Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
c.         Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
d.        Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.

Klasifikasi tersebut dapat disamakan dengan membranofon (Avanaddha vadya), ideofon (Ghana vadya), aerofon (sushira vadya), kordofon (tata vadya). Irama musik di India disebut “laya” dibakukan dengan menggunakan pola 'tala' yang dilakukan dengan kendang. Irama tersebut dikelompokkan menjadi: druta (cepat), madhya (sedang), dan vilambita (lamban). Kesenian Gamelan ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat jaman dahulu sudah mengenal seni dan dapat menciptakan gubahan lagu dan menciptakan instrumen sendiri. Gamelan terus mengalami perubahan dan dapat bersanding dengan musik modern saat ini.
3.      Pengetahuan Tentang Angin Nelayan Biak
Secara tradisional nelayan Biak mengenal lima musim angin, dan memiliki nama sesuai dengan karakter sifat angina yang bertiup. Kelima musim ini disebut dalam bahasa Byak sejak nenek moyang karena berdasarkan pengalaman mereka selama melaut. Musim ini bertiup secara bergantian menurut kalender musiman orang kampong. Tiupan angin sangat mempengaruhi dalam kehidupan mereka saat melaut dan jika angin bertiup sangat kencang, maka rencana melaut dibatalkan.
Masyarakat Byak mengenal lima musim, menurut Enos Rumansara dan kawan-kawan dalam buku berjudul, Tradisi Wor di Kabupaten Biak Numfor antara lain :
a.         Angin Wambarek, angin ini bertiup dari arah barat ke arah timur pulau Biak.
b.         Angin Wamurem, angin yang bertiup dari arah timur ke barat pulau Biak.
c.         Angin Wambrauw, angin yang bertiup dari arah selatan ke arah utara Pulau Biak.
d.        Angin Wambrur, angin yang bertiup dari arah utara ke awah selatan Pulau Biak.
e.         Angin Wamires, angina yang bertiup dari arah tenggara ke arah barat laut Pulau Biak.
Ke lima macam jenis angina ini sangat mempengaruhi kehidupan para nelayan jika melaut sebab peran kalender musiman dan kebiasaan lama sangat menentukan jumlah tangkapan dan keamanan mereka di laut
4.      Teknik Pengolahan Logam
Sejak jaman kerajaan masyarakat sudah dapat menghasilkan berbagai macam peralatan dan kerajinan dari bahan logam. Dalam masa kemahiran teknik atau perundagian adalah suatu masa dimana manusia mengenal logam pertama kali. Masa perundagian ini diduga berlangsung sejak beberapa abad sebelum masehi atau sekitar 300 tahun yang lalu. Teknologi pembuatan alat pada masa ini jauh lebih tinggi tingkatnya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Hal ini dimungkinkan, seiring dengan telah tersusunnya golongan-golongan dalam masyarakat yang dibebani pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kegiatannya diawali dengan penemuan-penemuan baru, berupa beberapa teknik dalam pengolahan logam. Teknik-teknik tersebut antara lain; teknik peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan jenis-jenis logam. Sebelum tingkat-tingkat teknik ini dikenal, rupa-rupanya telah dikenal adanya tembaga dan emas.
Kemahiran teknik atau perundagian di Indonesia dibagi menjadi 2 tradisi berdasarkan hasil utama teknologi alat-alatnya, yaitu:
a.Tradisi seni-tuang perunggu; dengan hasil utama berupa alat-alat seperti nekara, kapak kapak corong, kapak-kapak upacara,bejana-bejana upacara dan boneka-boneka.
b.Tradisi penuangan besi; dengan hasil utamanya adalah alat-alat kerja dan senjata tajam. Di antaranya pisau (belati), sekop (pacul), parang, dan lain sebagainya.
Logam campuran (alloy) dan logam mulia yang lebih langka dan tinggi nilainya lebih dikhususkan untuk pembuatan benda-benda yang dapat difungsikan sebagai alat regalia atau simbol bagi elit penguasa. Contoh alat regalia tersebut di antaranya keris, yang merupakan puncak dari teknologi tempa di tanah air.
5.      Arsitektur Jawa
Arsitektur jawa kuno adalah salah satu contoh karya arsitektur nusantara yang tradisional. Perlu dipahami, Arsitektur Jawa Kuno yang dimaksud bukanlah arsitektur Jawa baru seperti bangunan joglo, akan tetapi arsitektur dari kerajaan Hindu-Budha yang ada di abad 8 sampai dengan abad 15. Telaah masa waktu yang terdekat adalah pada peninggalan masa Majapahit dan Singhasari, yaitu dari abad ke 11 sampai abad ke 15. Peninggalan-peninggalan masa kerajaan tersebut tersebar pada beragam situs percandian di Jawa Timur dan artefak-artefak kuno di museum-museum. Arsitektur Jawa Kuno yang masih tersisa berupa percandian dibuat dengan bahan batu andesit dan batu bata. Untuk candi dengan bahan batu andesit ditengarai terletak di daerah yang banyak batu kalinya juga, sedangkan untuk bahan yang berbahan batu bata ditengarai terletak di dataran yang banyak sawah dan lempung.
Di masa lalu teknologi pengergajian kayu tidak semaju sekarang, se-hingga untuk menghasilkan konstruksi usuk/kasau dan rengdiduga menggunakan bambu. Teknologi KonstruksiPenggunaan bahan batu bata telah dijabarkan sebelumnya, batu bata yang digunakan disusun menjadi dinding dengan pola yang khas danterbukti bisa bertahan sampai ratusan tahun, sehingga sekarang inipun masih dapat kita saksikan. Pola pemasangan batu bata pada candi berbeda dengan pola pemasangan batu bata yang dipelajari di sekolah-sekolah arsitektur. Pola pemasangan batu bata di candi sudah lebih dahulu terpakai ratusan tahun yang lalu, sedangkan pola pemasangan batu bata di sekolah arsitektur baru diterapkan puluhan tahun yang lalu dan berasal dari ilmu konstruksi penjajah Belanda.
Pola pemasangan batu bata pada ilmu konstruksi warisan penjajah Belanda cenderung mengajar-kan kerapian, siar tegaknya berselang seling seperti papan catur, rapi dari atas ke bawah. Berbeda dengan pola pemasangan batu bata pada candi kuno yang acak, dan bahkan ada beberapa siar yang tidak berselingan tapi lurus. Pola pemasangan batu bata dari ilmu warisan Belanda yang rapi tersebut seakan terlihat membuat kekuatan karena selang-selingnya, tetapi kerapiannya itu secara luas membuat kelemahan garis miring dari pola keretakan jika terjadi gempa. Berbeda dengan pola pemasangan batu bata yang acak, hampir tidak ada garis lurus yang miring dari atas ke bawah sehingga pola keretakannya akan membuat garis yang putus-putus. Garis yang putus-putus ini menyebabkan dinding lebih kuat menahan goncangan gempa.Pemasangan batu bata dari ilmu warisan Belanda menggunakan bahan perekat semen, sehigga dinding menjadi terikat masif. Hal ini memperbesar kemungkinan keretakan di satu lokasi untuk mengikutsertakan lokasi lain sehingga retaknya semakin melebar.
Berbeda dengan pola pemasangan batu bata di candi yang dilakukan tanpa semen. Sambungannya dilakukan dengan sistem kosot, yaitu menggesek batu bata di atas dan di bawah dengan perekat serbuk bata yang dicampur air. Sambungan dengan sistem kosot seperti ini masih lestari di bali. Sistem ini membuat sambungan antar bata seperti engsel, sehingga jika terjadi gempa, maka hanya bagian tertentu yang lemah saja yang terguncang dan retak. Keretakan itu tidak ikut serta mengaitkan sambungan batu bata lain, tetapi hanya copot di satu lokasi saja. Perbedaan teknologi konstruksi dari ilmu warisan Belanda dengan ilmu lokal juga terdapat pada konstruksi atap. Penggunaan atap dengan bahan bambu pada konstruksi lokal tidak membutuhkan kuda-kuda, karena usuk dan reng yang berbahan bambu demikian rapat sehingga membentuk bidang yang kuat. Atap limasan kontruksi lokal adalah sebuah struktur folded plate dari bahan bambu, sedangkan atap limasan dari ilmu warisan Belanda merupakan struktur tenda yang didukung oleh kuda-kuda.
Dari penjelasan di atas, membuktikan bahwa sejak jaman dahulu pada masyarakat kita sudah mengenal bagaimana membuat konstruksi yang baik jauh sebelum masuknya peradaban Belanda dan ilmu-ilmu modern. Metode konstruksi ini merupakan salah satu kearifan lokal yang membuktikan kepandaian dan kebijaksanaan masyarakat jaman dulu dalam memanfaatkan dan hidup berdampingan dengan alam.
https://abdimukhlis.files.wordpress.com/2012/08/kumpulan-ilmu-pengetahuan.jpeg