Tahun ini Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) punya program yang bernama Searah Rasa. Dikutip dari website resminya, Searah Rasa merupakan program publik yang bekerja pada ranah jelajah, tur, jalan-jalan yang sesuai tema besar FKY. Program ini akan menelusuri dan mendatangi jejak pangan melalui pasar, sejarah, irigasi pertanian, pertanian sayur, perikanan dan juga cita rasa lokal. Frasa Searah Rasa bermakna mendatangi, mengetahui, dan mencari jejak-jejak kebudayaan, dan menyamakan arah tujuan demi tercapainya pencatatan produk kebudayaan di Yogyakarta bersama masyarakat.
Searah Rasa gratis untuk umum, tapi dengan kuota peserta
terbatas. Aku berkesempatan mengikuti tur ke Tambak Mujahidkoe Farm - Pantai
Imorenggo. Mengangkat tema “Berkenalan
Dengan Boga Bahari Kulon Progo”. Kami menelusuri cerita-cerita dan jejak-jejak
kebudayaan tentang komoditi perikanan dan udang Kulon Progo, dari proses
penanaman bibit sampai waktu panen. Aku sendiri baru tahu di Kulon Progo ada Pantai
yang Namanya Imorenggo, apalagi ada tambak udangnya segala.
Pantai Imorenggo terletak di Desa Karangsewu, Kabupaten Kulon
Progo.Perjalanan menuju Pantai Imorenggo menjadi menarik dengan pemandangan
hamparan beragam tanaman pertanian. Ada kebun cabai super luas di bawah pohon
kelapa yang tertata rapi, berlanjut dengan kebun semangga yang tampak sangat
subur, lalu aneka sayuran seperti bayam dan kangkong. Ternyata pertanian lahan
pasir bisa dilakukan di kawasan Imorenggo. Bahkan kawasan ini pernah dikunjungi
KGPAA Paku Alam IX yang pada waktu itu masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DIY.
Beliau meresmikan Desa Wisata Agrobahari Imorenggo di kawasan Transmigrasi
Lokal Ring 1 desa Karangsewu Kecamatan Galur, kabupaten Kulon Progo pada hari
Rabu (26/9/2012 ).
Daerah ini ternyata menjadi lokasi transmigrasi lokal atau
transmigrasi dari warga yang semula tinggal di daerah lain di Yogyakarta.
Mereka mendapatkan lahan untuk tinggal dan bertani. Jadilah Imorenggo menjadi
kawasan pertanian. Kemudian daerah ini berkembang menjadi area tambak udang di
pesisir pantai. Untuk menjaga lingkungan, keberadaan tambak udang di pesisir
Imorenggo diatur oleh perjanjian yang disepakati dengan warga yang di wadahi
kelompok Paguyupan Penambak Imorenggo atau disingkat menjadi PPI. Organisasi
kemasyarakatan ini juga bertugas mengawasi keberlangsungan penambak setiap
harinya.
Kami berkesempatan berkunjung ke Tambak Mujahidkoe Farm yang
membudidayakan udang jenis Litopenaeus vannamei atau biasa disebut petambak
dengan udang vannamei. Vaname adalah salah satu jenis udang yang populer untuk
dibudidayakan di Indonesia. Menurut rangkuman dari Kementerian, Kelautan, dan
Perikanan (KKP), hampir semua petambak di Indonesia membudidayakan udang yang
kaya akan manfaat ini. Kami ditemani berkeliling tambak bersama salah satu
pekerja tambak dan Kak Aliva Zein dari Ruang 412. Di sini satu tambak bisa
menghasilkan sekitar 6 kwital sekali panen. Masa panen udangnya sekitar 3
bulan.
Udang vaname atau udang putih berasal dari daerah subtropis
yaitu di pantai barat Amerika hingga hingga ke Peru. Udang ini sudah banyak
sekali dibudidayakan di Indonesia sebagai alternatif pilihan lain setelah udang
windu yang mengalami penurunan produksi sejak adanya penurunan kualitas
lingkungan. Udang ini memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih tahan terhadap
penyakit dan fluktuasi kualitas air, pertumbuhan relatif cepat, serta hidup
pada kolom perairan sehingga dapat ditebar dengan kepadatan tinggi. Udang
vaname memiliki peluang pasar dan potensial untuk terus dikembangkan.
Udang yang ada di Imorenggo ini kebanyakan diambil langsung
oleh pembeli dan tidak dijual di pasar-pasar setempat. Alasannya sih karena
justru warga lokal enggan membeli karena harganya tergolong mahal. Bibit yang
disebar berasal dari daerah Jawa Timur. Katanya, memelihara udang itu sulit, karena
sensitif. Harus bersih dan selalu ada kincir air yang menyala. Tambak udang di
Imorenggo turut meningkatkan perekonomian warga dengan memberikan peluang
pekerjaan. Meskipun pas ke sana banyak juga tambak yang sudah tidak digunakan.