Sumber IG Falcon Picture


Bumi Manusia, salah satu buku dari Tetralogi Plau Buru merupakan karya Pram yang menjadi legenda hingga manca negara. Diterbitkan dalam 34 bahasa, Tetralogi Pulau Buru menjadi karya sastra yang merekam sejarah kelam perjuangan.

Sastrawan Eka Kurniawan yang menulis buku tentang Pram mencatat, Tetralogi Buru merupakan upaya Pramoedya Ananta Toer untuk menjawab: apa itu menjadi Indonesia.

Sempat ragu dengan kemampuan Iqbaal memerankan Minke. Sosok Dilan dengan gambaran anak milenial yang jago merayu masih melekat pada dirinya. Rasanya kontras sekali dengan sosok Minke sebagai pribumi yang lebih dewasa dan elegan sebagai keturunan jawa, juga cerdas sebagai seseorang terpelajar.

Setelah menikmati adegan demi adegan, keraguan itupun sirna. Iqbaal mampu menghidupkan Minke menjadi tokoh yang bisa dinikmati oleh kaum milenial hingga penggemar karya-karya Pram. Iqbaal mampu menjadi Minke dengan karakter yang kuat sebagai tokoh utama dalam film.

Bumi manusia adalah karya sastra yang terbilang cukup lama beredar. Meskipun termasuk karya fenomenal tapi bukan buku yang hits kekinian bagi anak milenial. Film Bumi Manusia menjadi film adaptasi karya sastra yang enak untuk ditonton anak muda, bahkan bagi mereka yang belum membaca bukunya.

Studio Gamplong, tempat sebagian besar film Bumi Manusia dibuat turut menjadi destinasi wisata yang hits di Jogja. Hanung tidak hanya memasarkan filmnya dengan iklan, tapi juga mengangkat film Bumi Manusia dengan memperkenalkan tempat film tersebut dibuat sebagai tempat wisata. Jauh sebelum film itu beredar di masyarakat.

Tone warna kuning oranye yang dipilih menjadi warna film menghadirkan gambaran masa lalu tapi segar untuk dilihat. Pemakaian tiga bahasa sekaligus, Indonesia, Jawa dan Belanda juga menjadi daya tarik bagi pemburu quotes. Kamu bisa mencatat atau mengingat beberapa kalimat bahasa Jawa dan Belanda untuk membuat status. Kalau sulit banyak quotes terkenal Pram yang dihadirkan dalam film. Seperti memang disajikan bagi milenial demi kebutuhan media sosial.

Pemilihan Iqbaal sebagai pemeran Minke juga salah satu cara untuk menarik minat penonton milenial. Anak sekarang yang katanya mulai malas membaca buku, apalagi karya sastra yang berat sekelas Pram, dibuat tertarik menonton karena ada Iqbaal.

Kisah cinta Annelies Mellemma dan Minke diawali dengan adegan-adegan yang membuat penonton terbuai dengan rayuan dan frame-frame lucu. Scene ketika Minke tiba-tiba mencium Annelies menjadi bagian yang membuat penonton tersenyum berpadu dengan perasaan ikut kesengsem. Sungguh awal yang bahagia.

Menit demi menit berlalu, film dengan durasi panjang sekitar 3 jam ini benar-benar menguras emosi. Adegan demi adegan yang menggambarkan perjuangan dan kesedihan membuat banyak penonton, termasuk saya berderai air mata. Bukan hanya kisah cinta yang kandas tapi gambaran kehidupan pribumi pada masa kolonial menyayat hati dan memuakkan.

Memuakkan bagi mereka yang mengejar kekuasaan dengan berbagai cara bahkan mengorbankan kaum sendiri. Salah satunya adalah awal mula kisah Bumi Manusia. Sanikem, nama asli Nyai Ontosoroh dijual bapaknya demi mendapat jabatan. Kecewa dan dendam menjadi kayu bakar Nyai Ontosoroh untuk belajar dan menjadi sosok manusia yang beradab. Nyai Ontosoroh menjadi wanita pribumi yang cerdas dan berani. Cerdas mengelola perusahaan dan berani melawan ketidak adilan. Pada umumnya saat itu wanita pribumi hanyalah keberadaan yang rendah dan tidak dipandang.

Minke dan Nyai adalah sosok sentral yang memberikan teladan keberanian, kebebasan dan perjuangan. "Saya hanya ingin jadi manusia bebas, Bu. Tidak diperintah dan juga tidak memerintah, Bu," demikian ucapan Minke kepada ibunya. Sosok wanita jawa yang lebih kalem, anggun namun juga kuat. Dalam film ini penonton bisa melihat dua sosok wanita hebat dengan karakter yang berbeda. Nyai dan Ibu Minke adalah bukti betapa seorang Ibu begitu menyayangi anaknya.

Film Bumi Manusia, bagi saya sudah mampu menghadirkan babak-babak penting dalam novel karya Pram. Bukan hanya bagi para penggemar sastra tapi juga menjadi sajian menarik bagi milenial. Benar-benar tiga jam yang tidak sia-sia. Menembus lorong waktu peradaban membaca sejarah bangsa melalui wahana layar lebar.



Jogjakarta memiliki banyak sekali UKM yang tersebar di semua kabupaten dan kota. Produk yang dihasilkan juga sangat beragam mulai dari makanan, fashion, hingga aneka kerajinan. Banyak yang menginginkan untuk merambah pasar ekspo,namun belum banyak UKM yang menggunakan standar baku nasional dan interasional. Terutama produk kerajinan tangan yang sulit untuk dibuat seragam dengan satu standar baku.



Untuk memberikan informasi tentang pentingnya standarisasi dan sertifikasi produk Kemetrian Koperasi mengadakan Focus Group Discussion dengan tajuk KUMKM Naik Kelas Rabu, 24 Juli 2019. Kegiatan ini diselenggarakan di Kantor Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.

Pembicara pertama adalah Ibu Victoria Simanungkalit, Deputi Produksi dan Pemasaran Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Beliau memaparkan tentang pentingnya standar jika industri ingin bermain di pasar Global. “Industri global butuh standar, sedangkan kita tidak punya standar,” ungkap beliu saat sesi materi.

Pasar ekspor hanya akan menerima barang yang sudah memiliki standar internasional. Standar yang perlu dimiliki diantaranya adalah HAKI, Halal, ISO, ICCP, BPOM, dan SNI. Memang untuk memperoleh semua standar tersebut tidaklah mudah. Tapi untuk bermain di pasar global memang tidak terhindarkan lagi. Konsumen yang akan menilai kualitas barang dengan melihat kelayakan produk melalui label yang ada. Para pemilik UKM juga harus mempertimbangkan keinginan pasar dan konsumen. “Tidak boleh ngotot memproduksi barang sesuai keinginan pribadi,” ujar Ibu Victoria.

Ibu Victoria juga menyinggung tentang kegemaran masyarakat Indonesia membeli barang impor padahal bahan bakunya berasal dari Indonesia. Untuk itu sebagai konsumen kita juga perlu cerdas untuk memilih barang. Tidak hanya mengedepankan label impor dan bangga dengan barang buatan luar negeri, karena pada kenyataannya barang hasil penusaha dalam negeri tidak kalah kualitasnya. Untuk mendukung UKM daerah yang bisa kita lakukan adalah membeli barang lokal. Lebih baik lagi jika turut mempromosikan kepada khalayak umum.

Pembicara selanjutnya adalah Emirita LN Pratiwi, Ketua BPD ASEPHI DIY yang menjelaskan tentang pentingnta sertifikasi dan macam-macam sertifikasi sesuai bidang bisnis yang dijalankan oleh pelaku UKM. Sertifikasi produk memberikan nilai tambah yang positif terhadap produk yang dihasilkan. Salah satu contohnya adalah sertifikasi untuk bisnis kayu harus memiliki Standar Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).

SVLK adalah persyaratan untuk memenuhi legalitas kayu/produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak (stakeholder) kehutanan yang memuat standard, kriteria, indikator, verifier, metode verifikasi dan norma penilaian (Permenhut  No. P.38/Menhut-II/2009 Pasal 1 Ayat 10). Sertifikat Legalitas Kayu (SLK) adalah surat keterangan yang diberikan kepada pemegang izin atau pemilik hutan hak yang menyatakan bahwa pemegang izin atau pemilik hutan hak telah mengikuti standard legalitas kayu (legal compliance) dalam memperoleh hasil hutan kayu (Permenhut  No. P.38/Menhut-II/2009 Pasal 1 Ayat 12). Jadi SLK akan diperoleh oleh pemegang izin atau pemilik hutan hak, jika telah memenuhi SVLK yang dinilai melalui proses verifikasi.

Pembicara terakhir adalah Yanti Sukamta, Direjtur Apikri Craft. Beliau menjelaskan tentang seluk beluk Apikri. Apikri, adalah salah satu promotor perdagangan adil melalui pemberdayaan produsen kerajinan mikro dan kecil. Apikri adalah organisasi perdagangan yang adil yang didirikan pada tahun 1987, didirikan oleh 25 produsen kerajinan tangan kecil dan aktivis LSM yang membantu mereka.

Apikri adalah nama singkat untuk Asosiasi Pemasaran Kerajinan Rakyat Indonesia. Pada tahun 1989, nama Apikri diubah menjadi Asosiasi Pengembangan Kerajinan Rakyat Indonesia, karena masalah produsen kecil tidak hanya dalam pemasaran. Pada tahun 1990, nama Apikri diubah lagi: Yayasan Pengembangan Produsen Kerajinan Indonesia, yang disingkat "Apikri".

Fasilitasi pemasaran untuk produsen kecil dipegang oleh Apikri, Inc. Showroom pertama, diberi nama TPB (Tempat Pemasaran Bersama). Perubahan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam aktivitas dan kemajuan Apikri. 2002, nama Apikri diubah lagi menjadi Koperasi Apikri. Yayasan Apikri bersatu dengan Koperasi Apikri.

Selain pemaparan dari narasumber dalam acara FGD kali ini para pelaku UKM juga dapat mendaftarkan produk mereka untuk mendapatkan hak paten melalui Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Yogyakarta.







Minggu, 7 Juli 2019 lalu aku berkesempatan mengikuti event Emak Blogger Solo bareng Safi Indonesia di Java Terrace Café Solo.  Selain mendapat kesempatan mencoba rangkaian Safi  Age Defy ada juga talkshow bersama dokter kulit dr. Aminah Alaydrus dan Jr. Brand Manager Safi, Mbak Nindita Ayu. 




Mbak Nindita Ayu menjelaskan tentang Safi yang merupakan produk skincare dari Malaysia. Selain Halal Safi dibuat dengan proses penelitian yang panjang. Begitupula untuk produk yang dikirim ke Indonesia. Rangkaian Safi untuk konsumen Indonesia telah mengalami serangkaian penelitian selama dua tahun agar cocok untuk kulit orang Indonesia.

Safi mendapatkan sertifikat halal dari Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim) sejak tahun 2005, dan di Indonesia, Safi mendapatkan sertifikat halal dari MUI pada tahun 2017. Secara resmi, Safi baru mengadakan soft launching di Indonesia di awal tahun 2018 lalu.


Secara pribadi aku gak terlalu konsern dengan skincare dan perawatan kulit. Alhamdulillah kulit wajah cukup bandel dan gak perlu ribet. Selain itu aku juga tipe yang malas untuk pakai skincare routine. Apalagi yang macam 10 tahap skincare Korea, alamak.. pakai krim malam saja dua atau tiga hari sekali (kalau ingat). Terus kalau udah capek pulang malem dah langsung tidur aja.

Tidak patut dicontoh sebenernya, itu kebiasaan yang tidak baik untuk kulit. Aku sendiri mulai mencoba lebih rajin merawat kulit. Meski tetep males dengan rangkaian yang rumit dengan macam-macam produk. Kalau bisa satu aja buat seharian deh.

Setalah talkshow bersama dokter kulit dr. Aminah Alaydrus jadi semangat lagi untuk merawat kulit. Bukan putih yang utama, tapi kulit yang sehat dan bersih. Kata beliau dengan merawat kulit udah gak usah make up macem-macem kulit udah enak dilihat. Glowing alami dan berseri. Jadi pengen punya kulit yang seger glowing gitu.

Setelah bincang-bincang cantik tibalah sesi yang paling ditunggu, mencoba rangkaian Safi Age Defy. Suka banget sama kemasannya yang terlihat mewah. Penasaran apakah isinya juga bikin wah?? hehe…



Safi Age Defy Cream Cleanser

Berbentuk krim dengan warna kekuningan. Safi  Age Defy Cream Cleanser adalah sabun pembersih wajah yang mengandung Gold ExtractSilk Protein dan Vitamin C. Digunakan untuk membersihkan wajah dari debu dan kotoran setelah sebelumnya membersihkan wajah dengan Safi Purifying Makeup Remover. Apalagi kalau habis pakai make up, harus dibersihkan dua tahap. Bahannya lembut di wajah dan after pakainya terasa lembab di kulit. Aku suka cream cleanser yang tidak membuat kulit wajah terasa kering dan ketarik sehabis pakai.

Safi Age Defy Deep Exfoliator

Butiran scrubnya lembut di kulit dan gak bikin perih setelah pemakaian. Kulit juga jadi lembut dan halus. Kulitku yang cenderung berkomedo jadi bersih pakai ini. Kalau kamu juga punya masalah dengan komedo bandel coba deh pakai ini. Untuk yang berjerawat sebaiknya hati-hati biar gak malah iritasi karena kandungan scrubnya. Penggunakan Deep Exfoliator ini sebaiknya hanya 2 kali dalam seminggu, karena penggunaan exfoliator yang berlebihan akan membuat kulit menjadi tipis, lebih sensitif.

Safi Age Defy Skin Refiner
Ini adalah toner dari rangkaian Safi Age Defy yang menyempurnakan proses pembersihan wajah, sekaligus memberikan efek segar. Safi Age Defy Skin Refiner ini nyaman juga dipakai dikulit. Tidak ada rasa panas ataupun perih karena tanpa alkohol. Biasanya produk yang mengandug alkohol bakal bikin kulitku terasa kering gak nyaman. Skin Refiner ini juga mengandung mushroom extract yang konon efektif untuk  meringkas pori-pori kulit wajah.


Safi Age Defy Gold Water Essence

Ini yang paling menarik kemasannya dengan taburan gold  di dalamnya. Essence satu ini mengandung double effect yang dikombinasi Gold Extract dan Silk Protein. Kandungan ini mampu memelihara struktur kulit, merawat bagian luar juga bagian dalam kulit serta meremajakannya dengan optimal. Essence ini juga mengandung Bio Hyaluronic yang mampu mempertahankan dan memelihara kelembapan kulit sepanjang hari. Setelah dipakai rasanya lembab dan kenyal di kulit wajah. Langsung jatuh hati aku sama produk ini. Langsung pengen pakai.

Safi Age Defy Rejuvenate And Brighten Radiant Day Emulsion SPF25PA++.

Cream ini diperkaya dengan Light Diffusing Crystal dengan kombinasi Gold Extract dan Silk Proteinyang dapat membantu meratakan warna kulit agar lebih cerah, melindungi kulit dari sinar UVA & UVB, melembabkan kulit dan mampu membuat kulit jadi lebih kenyal. Suka juga dengan produk ini. Enak dikulit dan gak perlu pakai sunscreen tambahan lagi, udah lengkap.



Safi Age Defy Eye Contour Treatment

Aku gak pernah pakai krim mata, jadi ya berasa biasa aja sih karena Cuma sekali pemakaian juga. Produk ini fungsinya mengurangi kerutan di area mata.

Overall nih produk Safi Age Defy ini bagus banget dan nyaman di kulit wajahku yang cenderung berminyak dan mudah memproduksi komedo.

 





Menjadi salah satu peserta acara Natur dan Blogger Jogja rasannya menyenangkan. Bertemu dengan teman-teman baru, mencoba produk dan jadi tambah semangat untuk terus menulis. Semakin banyak teman dengan passion yang sama akan membuat kita terpicu untuk terus berkarya.


Blogger Jogja with @Backtonatur

Natur memberikan kesempatan kepada blogger cantik Jogja untuk mencoba Natur Hair CareAku tahu produk Natur sudah sejak lama tapi belum pernah rutin menggunakan produk ini. Tahunya Natur itu aroma produknya gak wangi, jadi rasanya kurang menarik. Selain itu aku punya tipe rambut yang rewel, kalau pakai produk perawatan rambut yang berlabel alami justru berketombe dan bermasalah. Baik itu berupa shampo, hair tonic, hingga Hairmask.

Rambutku ini berminyak, mudah gatal dan berketombe. Apalagi setelah terkena panas dan aktivitas luar sepanjang hari. Susah banget cari shampoo dan produk perawatan rambut yang cocok, biasanya pakai shampo anti ketombe dan ganti-ganti. Karena shampo yang sudah digunakan beberapa bulan gak cocok lagi dan harus ganti yang lain. Yah, satu merk bertahan beberapa bulan sebelum akhirnya bikin rambut kering dan berketombe.

Coba sampo natural dan alami di toko sama sekali gak membantu, justru langsung gak cocok dipemakaian pertama. Entahlah, aku susah banget cari shampo buat rambut. Hair tonic gak pernah pakai, karena gak pernah ada yang cocok, conditioner juga begitu. Selama ini cuma pakai shampo dan vitamin rambut sebagai perawatan rambut.

Setelah acara blogger bersama @backtonature akhirnya nyobain produk Natur. Langsung aku pakai shampo, hair tonic dan Hairmask. Impresi pertama shampo, wah ternyata baunya wangi dan aku suka banget. Teksturnya cair dan gak terlalu berbusa. Aku gak terlalu suka dengan shampo yang banyak busanya, karena berarti banyak detergent di dalamnya. Selain membuat rambut kering juga gak ramah lingkungan. Habis keramas masih wangi dan terasa ringan di kepala. Biasanya kalau nyoba produk baru dan gak cocok dua hari kemudian pasti gatal dan ketombean, apalagi shampo yang bukan untuk rambut berketombe, kali ini aku coba Gingseng. Ternyata rambutku masih baik-baik saja. Memang ya yang alami lebih baik jadi gak ragu lagi pilih yang alami.



Pemakaian kedua aku coba hair tonic. Tapi kurang cocok karena rambutku jadi mudah lepek. Mungkin rambutku memang gak jodoh sama hair tonik, jadi tetap menggunakan vitamin rambut saja. Semoga Natur mau membuat produk vitamin rambut ke depannya yang alami dan bahannya ramah lingkungan.


Natur Hair Tonic

Pemakaian ketiga (aku keramas dua hari sekali, baru mencoba Hairmask Aloe vera) . Agak ragu juga awalnya, karena Hairmask dan conditioner seringnya malah bikin rambutku lepek dan mudah gatal. Sambil was-was nih pakainya. Setelah dipakai, rambut jadi wangi, lembut dan ringan. Dua hari rambutku masih baik-baik saja. Kok jadi impresif dengan produk Natur ini ya. Padahal produk yang aku gunakan bukan produk khusus rambut berketombe kayak yang aku gunakan biasanya. Tapi tetep ramah dengan kondisi kulit kepalaku yang sensitif, padahal kulit wajah bandel banget bisa pakai apa aja. Malah jadi pengen coba varian yang anti ketombe. Siapa tahu ternyata selama ini jodohnya pakai Natur.



    Perawatan Alami Natur

    Karena produknya oke, kepolah aku dengan bahan-bahan yang digunakan. Apalagi Hairmask yang selama ini gak pernah pakai, akhirnya jadi pengen beli. Kata temen yang sudah pakai dia suka karena praktis dan murah. Nyaman di rambut dan kulit kepala.

    Buat kamu yang penasaran tentang Natur bisa follow IG Natur @backtoNatur dan like fans pagenya back to natur. Selain produk knowladge juga ada beragam tips seputar kesehatan dan kecantikan rambutmu.

    Hairmask yang aku coba ini adalah varian Aloe vera, pasti udah tahu banget kan ya betapa bagusnya Aloe vera untuk rambut. Kalau dulu repot banget pakai Aloe vera asli, tapi sekarang bisa lebih praktis menggunakan Natur Hairmask seminggu sekali. Selain Aloe vera juga ada kandungan Olive oil yang bagus banget untuk kulit kepala dan rambut. Apa sih manfaat keduanya?

    • Mengandung proteolytic enzymes yang mampu menstimulasi pertumbuhan rambut secara alami hingga rambut tumbuh lebat.
    • Lidah buaya dapat membuat rambutmu kuat dan memberikan kilau agar rambut tampak sehat.
    • Menjaga rambut dari dari pengaruh buruk lingkungan dan menjaga kelembapan rambut.
    • Menghilangkan rasa gatal dan iritasi berkat properti anti-pruriticnya. Jadi buat kamu yang mengalami masalah rambut gatal bisa banget dicoba betapa nyess nya produk ini.
    • Aloe vera mengandung anti jamur yang cocok buat kulit kepala berketombe. Ternyata ini alasan hairmask Natur juga cocok untuk kulit kepalaku yang mudah protes dengan produk perawatan rambut.
    • Dapat menyeimbangkan pH balance agar sama dengan rambut.

    Kandungan kedua adalah minyak zaitun atau Olive oil.


    • Membantu melembapkan kulit kepala.
    • Mengatasi rambut bercabang, cocok untuk memulihkan kesehatan rambut kamu agar tetap tetap lembut dan mudah diatur.
    • Mengembalikan kilau alami rambut. Selain vitamin E dan K, minyak zaitun juga kaya akan vitamin A dan antioksidan. Kandungan tersebut dapat melindungi keratin pada rambut dan menahan kelembapannya. Minyak zaitun dapat menghilangkan penumpukan sebum yang menghambat pertumbuhan folikel rambut baru dan menghambat pertumbuhan rambut.


    Selain Aloe vera ada juga Hairmask Ginseng Extract dan Olive Oil. Minyak atsiri dan fitosterol dari Gingseng bermanfaat untuk memperlambat penuaan rambut yang menimbulkan uban, menangkal radikal bebas yang menyebabkan umur rambut semakin pendek. Selain itu, kandungan selulosa pada ginseng bermanfaat sebagai pelindung lapisan permukaan rambut dari sinar matahari yang bisa memicu kerusakan.

    Natur Hairmask ini cukup digunakan seminggu sekali setelah keramas. Bisa digunakan tanpa handuk basah. Habis keramas oleskan merata pada rambut, kalau tipe kulit kepalamu berminyak cukup di batang rambut saja supaya gak malah lepek dan berketombe. Diamkan 1 hingga 2 menit lalu bilas. Super praktis apalagi buat kamu yang gak punya banyak waktu atau malas perawatan. Kemasannya yang lebih besar juga pas buat rambut panjang kamu. Sudah mudah, murah, jangan malas ya. Untuk experience shampo kita sambung lagi di tulisan selanjutnya. Produk Natur dapat diperoleh di official store Shopee, Tokopedia,  (ID: Back Tonatur) sebagai perawatan mingguan kamu.



    Pawai yang dikuti lebih dari 2.000 orang peserta dan terbagi dalam 33 kontingen ini dilepas dari dua titik yang berbeda. Titik start pawai pertama dari Kepatihan dilepas oleh Gintani Nur Apresia Swastika (Direktur Kreatif 2 FKY 2019) dengan rute Kepatihan - Malioboro - Jl. Pangurakan. Sementara titik start pawai kedua dari Alun-alun Sewandanan dilepas oleh dan Gading Paksi (Direktur Kreatif 1 FKY 2019) dengan rute Pakualaman – Jl. Sultan Agung – Jl. P. Senopati – Jl. Pangurakan.


    Kontingan yang dilepas dari Kepatihan terdiri dari 21 kontingen, di dalamnya antara lain terdapat kontingan dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta yang akan menampilkan Seni Garapan berupa kostum batik aneka warna kembang hasil karya 20 rintisan kelurahan budaya Kota Yogyakarta. Kemudian kontingen Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul yang akan menampilkan beragam permainan tradisional khas daerah ini. Serta kontingen Dinas Kebudayaan Sleman yang akan menampilkan sajian kuliner khas kabupaten ini.

    Sementara itu, dari Alun-alun Sewandanan Pakualaman, terdapat 12 kontingen yang dibuka oleh Bregada Wiro Mudho yang akan membawa panji-panji FKY 2019, diikuti rombongan Paseduluran Angkringan Silat dan Kontingen Dinas Kebudayaan Bantul akan menampilkan adat tradisi upacara Jala Sutra. Lalu dilanjutkan oleh kontingen dari Dinas Kebudayaan Kulon Progo yang menggelar Parade yang terdiri dari 250 penari angguk dan kontingen lainnya. Rombongan kontingen dari Sewandanan tersebut disambut oleh Bregada Kraton di Taman Pintar, untuk selanjutnya bersama-sama menuju ke Nol KM.


    Pawai yang diikuti oleh ribuah orang ini akan menjadi pertunjukkan budaya dan seni yang spektakuler. Menunjukkan bahwa warga jogja tidak hanya bangga pada budayanya tapi juga memiliki semangat untuk menjaga tradisi.



    Rangkaian acara di Panggung Pembukaan FKY 2019 diawali dengan  dengan alunan lagu Bagimu Negeri yang dibawakan secara instrumental dengan gitar oleh Eros Chandra. Usai lagu Bagimu Negeri mengalun, giliran tarian massal komposisi Kinanthi Sandhung oleh 100 penari dari Sanggar Seni Kinanti Sekar, menyemarakkan panggung pembukaan ini. Suasana syahdu dan bersemangat menyeruak ke udara karena dua pertunjukkan ini.

    Setelah bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Ketua Umum Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019, Paksi Raras Alit memberikan laporannya. Dalam laporannya tersebut, beliau menjelaskan alasan dan maksud “Mulanira: Ruang | Ragam | Interaksi” yang menjadi tema besar festival ini.

    “Yogyakarta telah menjadi ruang temu beragam kebudayaan sejak lama. Interaksi yang terjadi di dalamnya berlangsung dengan didasari semangat toleransi dan tepa selira, semangat itulah yang akan coba kami hadirkan kembali saat ini.” jelasnya.

    Paksi Raras Alit juga menyebutkan titik-titik yang akan jadi lokasi terselenggaranya rangkaian FKY 2019 ini, yaitu di Jalan Malioboro, Desa Panggungharjo, Museum Sonobudoyo, Museum Dewantara Kirti Griya, Museum Monumen Diponegoro, Museum Gunungapi Merapi, Pasar Terban, dan Alun-alun Kidul.


    Pada kesempatan berikutnya, Direktur Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Restu Gunawan, M.Hum., hadir memberikan sambutan. Beliau mengapresiasi festival yang dinisiasi oleh Pemerintah Daerah DIY ini. Selain itu beliau berpesan agar anak-anak muda jika berlibur harus diisi dengan berkesenian dan berkebudayaan.

    “Karena ini penting untuk penguatan dan memperteguh keistimewaaan Yogyakarta, menuju peradaban yang semakin maju dan memberi virus kebaikan ke daerah-daerah lain.” ujarnya.

    Hadir mewakili Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, staf ahli Gubernur DIY Bidang Hukum Pemerintahan dan Politik Drs. Umar Priyono, M.Pd, memberikan sambutan. Beliau menekankan bahwa dengan adanya keberanian mengubah nama dari Festival Kesenian Yogyakarta menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta, artinya FKY bukan sekadar arena unjuk kebolehan di bidang kesenian semata, tapi juga menggali segenap potensi kebudayaan yang dimiliki DIY, yang merupakan peninggalan mulai dari Sultan HB I hingga Sultan yang saat ini bertahta.

    Kebudayaan bisa berperan beberapa aspek, yaitu sebagai pengingat bahwa kita dari dulu sudah punya nilai-nilai kebudayaan yang hebat. Aspek berikutnya adalah pengikat keberagaman di Nusantara, agar NKRI semakin kuat dan kebhinekaan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

    “Semoga FKY 2019 ini menjadi penanda dan penguat keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta turut meneguhkan Indonesia sebagai tujuan budaya yang terkemuka.” jelasnya, seraya mengungkapkan bahwa mulai tahun 2018, Yogyakarta menjadi Ibukota Kebudayaan ASEAN.

    Usai sambutan tersebut, Ketua Umum FKY 2019 - Paksi Raras Alit, Direktur Kesenian Dirjen Kebudayaan RI - Dr. Restu Gunawan, M.Hum, Staf ahli Gubernur DIY Bidang Hukum Pemerintahan dan Politik - Drs. Umar Priyono, M.Pd, dan Kepala Kundha Kabudayan DIY -Aris Eko Nugroho, SP., MSi., bersama-sama secara simbolis membuka Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 dengan menekan tombol klakson di mobil kayuh.

    “Prosesi pembukaan akan ditandai dengan menekan tombol klakson di mobil kayuh. Mobil kayuh ini kami pilih sebagai simbol dialog budaya massa dan budaya tradisi.” ungkap Gading Paksi, Direktur Kreatif 1 FKY 2019.


    Masyarakat sangat anthusias untuk menonton pawai ini. Banyak yang datang bersama keluarga dan anak-anak mereka. Berdesakan di pinggir-pinggir jalan dan berlomba mengabadikan setiap moment indah.

    Desa Panggungharjo
    Sementara itu malam harinya di Kampoeng Mataraman, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, juga digelar upacara pembukaan Festival Kesenian Yogyakarta 2019 yang ditandai dengan Kirab Tetebahan yang terdiri dari warga Panggungharjo, Drummer Guyub Yogyakarta, dan bregada desa Kampeng Mataraman. Kirab ini bergerak menuju jembatan yang terletak di tengah Kampoeng Mataraman.

    Di jembatan tersebut Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi, S. Farm., Apt., memberikan sambutan dan membuka secara simbolis FKY 2019 di Desa Panggungharjo ini. Seusai prosesi tersebut, kirab kembali bergerak ke panggung pertunjukkan FKY 2019, yang langsung disambut dengan kesenian Gejog Lesung.

    Dengan dibukanya secara simbolis FKY 2019 ini, maka selama 17 hari mendatang segenap masyarakat dipersilakan menikmati rangkaian kegiatan ini dan harapannya festival ini dapat menjadi peristiwa budaya guna menunjukkan semangat dan karakter keterbukaan dan keramahan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.



    Sesuai dengan namanya “Sate Ratu”, tampil elegan dan cantik ketika disajikan. Dibakar dengan teknik khusus agar tidak langsung bersentuhan dengan arang, membuat hasil bakaran Sate Ratu terlihat bersih dan menggoda.

    Disambut dengan sangat ramah oleh pemilik kedai sekaligus penemu ramuan bumbu sate atu, Pak Budi, kami rombongan blogger Jogja siap untuk menikmati kelezatan Sate Ratu. Sembari menunggu, kami berbincang santai dengan Pak Budi. Beliu berkisah mengenai perjalanan karir hingga akhirnya terjun ke dunia Wirausaha.

    Berawal dari nekat, begitulah kisah Sate Ratu dimulai. Saat itu Pak Budi adalah pekerja kantoran dengan gaji yang lebih dari cukup. Keinginan untuk berkarya sendiri membuat Pak Budi membulatkan tekat untuk memulai bisnis sendiri. Tentu saja bukan tanpa persiapan. Beliau berkata bahwa kesuksesan bisnis bukan sesuatu yang instan. “Harus bisa puasa dulu di awal bisnis”. Waktu itu beliau mengutarakan keinginannya kepada istri dan mendapatkan support. Menggunakan tabungan untuk memulai bisnis.

    Angkringan Ratu adalah bisnis pertama yang beliau jalankan. “Tahun pertama masih sepi,” ungkap beliau. Sabar dan tangguh wajib menjadi mental pebisnis. Tidak puas dengan model angkringan Pak Budi mengembangkan usahanya menjadi tempat makan dengan menu andalan Sate. Menu sate ini awalnya adalah menu paling laris di angkringan ratu. Memilih untuk menekuni menu spesifik Pak Budi terus mencari formula bumbu terbaik untuk Sate Ratu, hingga lahir Sate Ratu dengan bumbu merahnya yang terkenal disukai pula oleh turis mancanegara.

    Bumbu merah ini adalah perpaduan racikan antara bumbu sate Rembiga khas Lombok dengan bumbu Banjarmasin. Tahun 2018 Sate Ratu sukses menjadi salah satu menu di perhelatan Food Start Up Bekraf. Saat ini sate ratu telah memanjakan lidah turis mancanegara, lebih dari 70 negara. Apa yang membuat Sate Ratu begitu spesial?

    Selain tampilannya yang bersih dan elegan, rasa khas bumbu merah yang tersaji saat panas sungguh nikmat di lidah. Seakan daging sate dan bumbunya lumer di mulut. Sate Ratu bumbu merah sedikit pedas, cocok untuk kamu yang suka makanan berbumbu. Pak Budi selalu mengingatkan, “Sate Ratu enak dimakan ditempat.” Benar saja, ketika membandingkan sate yang sudah dingin dan yang masih panas, rasanya sungguh berbeda. Yang panas lebih endes ulala. Bumbu yang sedikit pedas, lemak sate yang lumer di mulut, daging yang dibakar dengan sempurna menjadi paduan yang luar biasa. Pokoknya harus coba makan ditepat pas lagi panas-panasnya.




    Selain Sate Ratu juga ada Lilit Basah. Lilit Basah ala Sate Ratu ini juga tidak ada duanya. Sate Lilit berbentuk kotak dengan kuah manis dan irisan acar. Sedap dan segar sekaligus ketika disantap. Kamu yang tidak suka pedas sama sekali patut memesan menu ini. Daging Lilit basah yang lembut dengan bumbu manis dimakan bersama acar yang segar, benar-benar mantap.


    Ada menu baru juga di Sate Ratu, Sate Kulit. Sekilas susah dibedakan dengan Sate Ratu Bumbu Merah. Sate Kulit ini salah satu yang menjadi favorit. Kulit yang tebal rasanya juicy ketika dikunyah. Ditambah dengan nasi akan semakin mantap.


    Kiri : Sate Kulit, Kanan : Sate Merah

    Kalau kamu pengen coba bikin sate ala Sate Ratu di rumah bisa beli Bumbu Merah untuk dibawa pulang. Bumbu Merah instan ini juga bisa digunakan sebagai bumbu serbaguna untuk aneka masakan.


    Gimana? Tertarik untuk mencoba? Langsung datang ke gerai Sate Ratu di Jogja Paradise Foodcourt Jalan Magelang No.KM. 6, Kutu Tegal, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.







    Kau selalu ada dalam imajinasi cintaku
    Realita duniaku
    Kau adalah tempatku belajar merindu
    Menerka arti kehidupan
    Seperti kanak-kanak belajar berjalan
    Tertatih tapi akhirnya bisa berlari
    Tapi aku tak mau berlari menujumu
    Karena kau juga bukan tujuanku
    Kita hanya akan bertemu jika tujuannya sama
    Atau tujuan Tuhan memang begitu
    Ya, begitu saja aku
    Menjadikanmu tempat belajar
    Kau boleh bilang aku tak punya kemauan
    Atau aku egois
    Tuan, ini hanya masalah keyakinan

    Keyakinan

    by on Juni 12, 2019
    Kau selalu ada dalam imajinasi cintaku Realita duniaku Kau adalah tempatku belajar merindu Menerka arti kehidupan Seperti kanak-...