Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Perjalanan gemilang Gabriella Shaenette Sounders, atau yang akrab disapa Gaby, bermula dari partisipasinya di ajang fashion show Pesona Batik Nusantara yang diselenggarakan Plor Management pada pertengahan 2024. Dalam kompetisi tersebut, Gaby berhasil meraih gelar The Winner, membuka jalan baginya untuk melangkah ke kancah yang lebih bergengsi, yakni Asianista International 2025 di Singapura pada 20 April 2025.

Event Asianista International 2025 sendiri merupakan ajang tahunan yang diprakarsai oleh ReDiva La Femme, menghadirkan peserta dari berbagai kategori usia: anak-anak 5-10 tahun, remaja 11-16 tahun dan 17-20 tahun, serta dewasa 21 tahun ke atas. Acara ini mempertemukan talenta-talenta muda dari berbagai negara Asia seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Indonesia, hingga India. Pada tahun ini, tema glamor Black and Gold Evening Gown menjadi sorotan, dengan 50 peserta tampil memukau di atas runway.

Tampil memesona dalam balutan tema glamor, Gaby berhasil menarik perhatian para juri dan tamu undangan, hingga akhirnya dinobatkan sebagai Miss Young Asianista 2025 untuk kategori anak usia 5-10 tahun. Selain itu, ia juga menerima penghargaan prestisius sebagai The Icon dalam event tersebut.

Dunia modelling sudah akrab dengan Gaby sejak usia 5 tahun. Sejak itu, ia konsisten mengembangkan bakatnya di dunia fashion show. Deretan prestasi telah ditorehkannya, antara lain sebagai runner-up 4 di ajang Mini Miss Grand Model Indonesia 2023, Juara I Pesona Batik Nusantara 2024, hingga yang terbaru meraih gelar The Icon di Asianista International 2025.

Saat ini, Gaby berusia 9 tahun dan menempuh pendidikan di SDK Sang Timur Yogyakarta, duduk di bangku kelas 3. Anak bungsu dari pasangan Alexander Irwan Tanil dan Fransisca Widiasari ini terus menunjukkan dedikasinya di dunia modelling, seiring dengan komitmen menjaga prestasi akademiknya.

Kesuksesan Gaby tentu tidak lepas dari dukungan penuh orang tuanya, yang juga dikenal sebagai founder Sounders Group. Mereka aktif memberikan motivasi dan support untuk menjaga keseimbangan antara pendidikan dan pengembangan bakat di luar sekolah.

Gaby sendiri berharap bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia lainnya untuk terus berprestasi. “Aku senang bisa membawa nama Indonesia. Semoga ke depannya aku bisa ikut lebih banyak event dan terus berkarya,” ungkap Gaby penuh semangat.

 Prambanan Jazz Festival (PJF) 2024 genap berusia satu dekade tahun ini dan mengusung tema yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 5-7 Juli 2024 di kawasan Candi Prambanan, PJF 2024 berkolaborasi dengan lebih banyak pihak untuk menghadirkan pengalaman yang lengkap dan indah bagi penonton. Tidak hanya datang untuk menonton pertunjukan musik semata, penonton juga bisa menikmati beragam fasilitas lainnya seperti kuliner, I’m Jazz a Kids, arena bermain anak-anak, pameran foto dan banyak kegiatan dari tenan dan sponsor.

“Ada Desa Warna, pameran perjalanan 10 tahun Prambanan Jazz Fes bekerjasama dengan Antara, Kompas dan dokumentasi dari penonton bersama dengan Gudang Digital. Bahkan saat disana juga ada foto submission,” ungkap Tovic Raharja - Direktur Utama Rajawali Indonesia saat temu media, Kamis (04/07).

Prambanan Jazz Festival tahun ini mencoba menghadirkan kembali panggung Spesial Show yang tidak ada selama masa pandemi. Anas Syahrul Alimi - Founder Rajawali Indonesia menjelaskan, sejak sebelum pandemi 2019, konsep Prambanan Jazz memang menyediakan panggung spesial show dan festival show. Ditambah lagi dengan panggung spesial berkolaborasi dengan NAVASRPM. Namun, karena ada kendala yang berada di luar kendali promotor, ada perubahan untuk panggung spesial show.

"Hari ketiga harusnya ada Queen at The Opera. Sekelompok musisi dari Itali, band yang membawakan lagu-lagunya Queen, yang berlisensi dari Queen dan ditampilkan secara opera. Kita baru dapat kabar, kira-kira semalam mereka batal main ke Prambanan Jazz dan sampai hari ini kita tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Ini diluar kendali kami, di luar kontrol kami," terang Anas.

Pihak Rajawali tetap memberikan yang terbaik kepada penonton, terutama yang sudah membeli tiket dengan beberapa fasilitas. Selain 100% refund maksimal 14 hari kerja, penonton juga tetap bisa menikmati acara Prambanan Jazz secara tiga hari full dengan tempat khusus. Sebagai pengganti akan ada penampilan dari musisi yang berasal dari Yogyakarta.

"Ini effort terbaik dan bisa kita berikan dan pertanggungjawaban kita sebagai promotor kepada penonton. Dan tentu saja kita minta maaf atas kejadian ini karena di luar kontrol. Tapi tentu saja ini adalah sebuah dinamika festival yang kita tidak boleh menyerah," ungkap Anas.

Dimas Ganjar Ramadhan sebagai Marketing & Sales Group Head Injourney Destination Management menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan venue secara maksimal. Seperti penambahan kantong parkir, memastikan kelayakan kamar mandi dan tidak akan melebihi kapasitas pengunjung. Sehingga, penonton tetap bisa merasa nyaman selama acara berlangsung.

Untuk tiket masuk, tahun ini dikenakan biaya Rp 25.000 terpisah dari tiket menonton konser. Sebelumnya, pihak Rajawali sebagai prmotor tetap akan membayarkan retribusi kepada Candi Prambanan, namun sudah digabung dengan tiket. Tahun ini dipisah agar penonton memahami bahwa ada kewajiban yang harus dibayarkan kepada pemerintah selaku pemilik tempat.

Selin beragam atraksi, tahun ini juga ada yang berbeda dari sisi kuliner. Jika biasanya mengangkat pasar Kangen dengan kuliner tradisional dan lokal, tahun ini disebut dengan Pasaraya Prambanan Jazz. Tidak hanya ada kuliner tradisional, namun juga kuliner kekinian. Prambanan Jazz bekerjasama dengan tenan dari Bank Jawa Barat.

Sabtu (21/10) lalu, aku berkesempatan mengikuti agenda Studi Wawasan IMA chapter Sleman yang bekerjasama dengan Disperindag Sleman. Kami berkunjung ke dua destinasi wisata dan edukasi yang ada di daerah Kaliurang.

Kunjungan pertama ke Omah Jadah Kaliurang yang letaknya berdekatan dengan Telogo Putri. Jadi, kalau kamu main ke Kaliurang atas bisa sekalian mampir ke sini. Tidak hanya melihat langsung proses pembuatan jadah tempe, kamu juga bisa membeli aneka produk UMKM Sleman. Mulai dari makanan, kerajinan tangan dan fashion. Produknya unik-unik deh, jarang ditemui di tempat lain. Ada aneka olahan salak, kopi, emping talas, pai susu, kerajinan kulit, ecoprint dan masih banyak lagi.

IMA Sleman

Kami diperbolehkan masuk kedalam tempat produksi jadah tempe dan mencicipi produk yang sudah jadi. Tempatnya cukup luas dan bersih dengan beberapa pekerja. Ada yang memasak bacem tempe dan membuat jadah. Peralatan yang digunakan sudah modern dan ada jadah tempe frozen juga buat oleh-oleh atau dikirim ke luar kota.

Jadah tempe ini makanan khas Yogyakarta. Penemunya adalah Sastrodinomo, seorang carik atau sekretaris desa di sekitar Kaliurang. Dulu beliau mempersembahkan nasi jagung untuk Keraton. Tapi suatu ketika, beliau diminta membawa makanan yang lain. Jadilah, Sastrodiromo berinovasi membuat jadah tempe. Ternyata camilan ini malah jadi kesukaan Sri Sultan HB IX. Hingga saat ini jadi camilan khas Yogyakarta. Belum lengkap kalau kamu ke Kaliurang tanpa beli jadah tempe.

Ketua Sentra Jadah Tempe Kaliurang Bejo Wiryanto menjelaskan, jadah tempe juga ada filosofinya. Tempe berwarna merah dan jadah berwarna putih merupakan symbol bendera Indonesia. Selain itu, kalau makan jadah tempe, tempenya harus diatas. Sebegai symbol, hidup itu harus pahitnya dulu (rasa jadah yang tidak manis pertama kali menyentuh lidah) lalu baru manis (rasa tempe). Jadi ya hambar dulu baru manis kemudian, gitu lah.

Omah Jadah Sleman

Presiden IMA Chapter Sleman 2021-2023 ialah RR. Mae Rusmi Suryaningsih juga merupakan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman mengatakan agenda IMA chapter Sleman ini bertujuan untuk promosi wisata dan produk UMKM Sleman. Karena, mereka yang datang bisa membagikan pengalamannya kepada masyarakat luas. Hadir pula Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo.

"Saya atas nama Kabupaten Sleman, mengapresiasi dan mendukung IMA atas terselenggaranya acara pada pagi hari ini. Saya merasa bangga bahwa dengan IMA kita selalu kolaborasi baik pemerintah dan pelaku wisata di Sleman,” ungkap Kustini.

Agenda kedua adalah kunjungan ke Nara Kupu yang letaknya di area Kaliurang juga. Tempatnya luas banget, ada kebun dan pemancingan juga. Sangat cocok kalau mau bikin kegiatan buat banyak orang. Sayangnya, di sini kami hanya makan dan tidak berkeliling. Tapi, bersama teman-teman blogger kami sempat berbincang dengan salah satu pemiliki Nara Kupu, bapak Hani.

Nara Kupu

Beliau menjelaskan kalau Nara Kupu memberdayakan masyarakat sekitar untuk menanam sayuran secara hidroponik. Hasilnya dijual oleh Nara Kupu dan dijadikan masakan. Tapi gak mahal-mahal amat, tetap merakyat, karena hasil panen sendiri. Nara Kupu ingin membuat ekosistem sekitarnya menjadi lebih baik dengan menggunakan produk ramah lingkungan dan mengajak masyarakat juga peduli lingkungan.

Masuknya gratis, tapi kalau mau memancing dan memberi makan rusa bayar ya. Cocok banget datangnya sambal menikmati senja terus makan malam bakmi Jowo yang ada di Nara Kupu. Pulangnya beli sayuran segar organik.

 Jalan-jalan bareng Searah Rasa kedua kalinya, kami berkunjung ke roti Kolmbeng Pak Giman dan Pabrik Gula Sewugalur. Dua hal yang baru aku tahu ketika mengikuti kegiatan ini. Tema Searah Rasa kali ini adalah “Djejak Manis Kulon Progo”. Penjelajahan akan menelusuri cerita-cerita dan jejak-jejak kebudayaan tentang sejarah perkebunan gula dan dinamika penggunaan gula pada kudapan lokal.

Setelah berkumpul di alun-alun wates, kami bersama-sama menggunakan bus menuju rumah Pak Giman. Letaknya tidak di dalam kota, tapi di desa yang bisa dibilang sepi. Kebun jati terhampar luas dan jalannya dibuat dari cor beton. Benar-benar desa yang akan sepi di malam hari, tetangganya jauh-jauh. Kami berjalan kaki menuju rumah Pak Giman yang sekaligus dijadikan tempat produksi. Tempatnya sederhana, sepetak ruangan berlantai semen yang penuh dengan alat-alat produksi. Ada oven tanah liat, pengaduk adonan, dan cetakan. Tampak dua pekerja yang sedang membuat roti dan menata roti yang sudah matang.



Roti Kolmbeng


Giman Ciptodiyono yang sering dipanggil Pak Giman sudah membuat roti Kolmbeng sejak tahun 2000-an tahun. Dulunya Pak Giman bekerja pada pembuat roti di daerah Pakualaman, tapi karena semakin sei akhirnya membuka sendiri di rumahnya. Hingga saat ini sudah diteruskan hingga tiga generasi kepada cucu laki-lakinya. Keluarga ini menjadi salah satu pembuat roti legendaris yang sudah sangat jarang ditemukan di pasaran. Roti Kolmbeng, merupakan roti jaman Belanda yang saat ini sudah tidak banyak dikenal generasi masa kini.

Roti Kolmbeng berasal dari kata kolo emben atau kolo mbiyen yang berarti zaman dahulu. Bahannya sangat sederhana, yaitu tepung terigu, tepung tapioka, gula pasir, dan telur. Salah satu yang membuat roti ini unik adalah tepung tapioka. Membuat tekstur roti gering diluar dan legit di bagian dalam. Rasanya manis gurih dan sangat cocok menjadi teman minum the atau kopi. Soanya kalau gak ada minum bisa seret makan roti ini.

Roti Kolmbeng

Roti Kolbeng dijual Rp 1000 kalau di rumah Pak Giman, tapi kalau sudah di pasar bisa mencapai 1500-1700 rupiah. Roti ini dijual ke Pasar Beringharjo dan wilayah Sleman. Selain menjadi kudapan yang murah meriah, roti kolmbeng juga sering digunakan sebagai salah satu sajian ketika ada kenduri, nyadran dan hajatan. Dulu sih roti ini hanya dikonsumsi oleh kalangan menengah ke atas. Kalau sekarang siapa aja bisa makan, Cuma agak susah ya nyarinya. Aku aja baru kali ini ketemu roti Kolmbeng, belum pernah ketemu di pasar dan ditempat jajan.

Dari roti Kolmbeng perjalanan berlanjut ke Pabrik Gula (PG) Sewugalur. Baru tahu juga kalau di Kulonprogo ada pabrik gula. Udah penasaran banget, tapi ternyata pabriknya udah gak ada. Hanya tersisa beberapa bangunan berupa rumah Indise dan sisa-sisa bangunan pabrik. Kami ditemani oleh Mas Aga dari komunitas Roeman Toea. Jadi bisa dapat penjelasan yang lengkap Sejarah PG Sewu galur ini. Sambil jalan kaki berkeliling, Mas Aga menjelaskan mulai dari dari awal berdirinya pabrik hingga akhirnya berhenti beroperasi karena bagkrut terdampak krisis perekonomian dunia.

Rumah Indis Pabrik Gula Sewugalur

Perjalanan kami dimulai dari rumah salah satu rumah Indise di Sewugalur, Desa Karangsewu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo. Rumah ini dihuni oleh Suwartini dan suaminya. Pemilik sebenarnya dari rumah Indise ini adalah kakek Suwartini, Tjokrodirjo. Dibeli dari Tionghoa bernama Yantid bersama tiga rumah Indis lain yang lokasinya berdekatan. Rumah itu lalu diwariskan kepada Sunartedjo--Wakil Gubernur Jawa Tengah periode 1990-1994--putra bungsu Tjokrodirjo. Suwartini merawat rumah ini karena tidak ditinggali oleh pemiliknya.

Di depan rumah Mas Aga menunjukkan selokan dengan bagian atas berbentuk lengkungan yang menandakan gaya arsitektur Eropa. Lalu kami melihat bekas kantor PG yang sudah menjadi warung makan dan pertokoan. Pabrik Gula Sewugalur (Suikerfabriek Sewoegaloer) didirikan oleh E.J Hoen, O.A.O van der Berg, dan R.M.E. Raaff mendirikan Pabrik Gula Sewugalur dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) pada 1881. Pada tanah yang disewa dari bangsawan dari keluarga Pakualaman dengan nilai 200.000 gulden. Setelah pabrik gula itu gulung tikar, maka berdasarkan reorganisasi agraria kepemilikan tanah beralih ke pemerintah desa. Pada 12 November 1949 tanah bekas pabrik gula dilelang kepada masyarakat.

Pabrik Gula Sewugalur

PG ini benar-benar tak bersisa  tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) menyerbu Yogyakarta pada 18 Desember 1949, TNI membakarnya sebagai bagian dari strategi bumi hangus. Sepanjang perjalanan kami hanya melihat bekas dudukan cerobong asap, tungku pembakaran dan puing-puing sisa bangunan pabrik. Tidak menyangka dulunya di sini ada pabrik gula dengan jalur kereta sendiri.

Tahun ini Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) punya program yang bernama Searah Rasa. Dikutip dari website resminya, Searah Rasa merupakan program publik yang bekerja pada ranah jelajah, tur, jalan-jalan yang sesuai tema besar FKY. Program ini akan menelusuri dan mendatangi jejak pangan melalui pasar, sejarah, irigasi pertanian, pertanian sayur, perikanan dan juga cita rasa lokal. Frasa Searah Rasa bermakna mendatangi, mengetahui, dan mencari jejak-jejak kebudayaan, dan menyamakan arah tujuan demi tercapainya pencatatan produk kebudayaan di Yogyakarta bersama masyarakat.

Searah Rasa gratis untuk umum, tapi dengan kuota peserta terbatas. Aku berkesempatan mengikuti tur ke Tambak Mujahidkoe Farm - Pantai Imorenggo. Mengangkat tema  “Berkenalan Dengan Boga Bahari Kulon Progo”. Kami menelusuri cerita-cerita dan jejak-jejak kebudayaan tentang komoditi perikanan dan udang Kulon Progo, dari proses penanaman bibit sampai waktu panen. Aku sendiri baru tahu di Kulon Progo ada Pantai yang Namanya Imorenggo, apalagi ada tambak udangnya segala.



Pantai Imorenggo terletak di Desa Karangsewu, Kabupaten Kulon Progo.Perjalanan menuju Pantai Imorenggo menjadi menarik dengan pemandangan hamparan beragam tanaman pertanian. Ada kebun cabai super luas di bawah pohon kelapa yang tertata rapi, berlanjut dengan kebun semangga yang tampak sangat subur, lalu aneka sayuran seperti bayam dan kangkong. Ternyata pertanian lahan pasir bisa dilakukan di kawasan Imorenggo. Bahkan kawasan ini pernah dikunjungi KGPAA Paku Alam IX yang pada waktu itu masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DIY. Beliau meresmikan Desa Wisata Agrobahari Imorenggo di kawasan Transmigrasi Lokal Ring 1 desa Karangsewu Kecamatan Galur, kabupaten Kulon Progo pada hari Rabu (26/9/2012 ).

Daerah ini ternyata menjadi lokasi transmigrasi lokal atau transmigrasi dari warga yang semula tinggal di daerah lain di Yogyakarta. Mereka mendapatkan lahan untuk tinggal dan bertani. Jadilah Imorenggo menjadi kawasan pertanian. Kemudian daerah ini berkembang menjadi area tambak udang di pesisir pantai. Untuk menjaga lingkungan, keberadaan tambak udang di pesisir Imorenggo diatur oleh perjanjian yang disepakati dengan warga yang di wadahi kelompok Paguyupan Penambak Imorenggo atau disingkat menjadi PPI. Organisasi kemasyarakatan ini juga bertugas mengawasi keberlangsungan penambak setiap harinya.



Kami berkesempatan berkunjung ke Tambak Mujahidkoe Farm yang membudidayakan udang jenis Litopenaeus vannamei atau biasa disebut petambak dengan udang vannamei. Vaname adalah salah satu jenis udang yang populer untuk dibudidayakan di Indonesia. Menurut rangkuman dari Kementerian, Kelautan, dan Perikanan (KKP), hampir semua petambak di Indonesia membudidayakan udang yang kaya akan manfaat ini. Kami ditemani berkeliling tambak bersama salah satu pekerja tambak dan Kak Aliva Zein dari Ruang 412. Di sini satu tambak bisa menghasilkan sekitar 6 kwital sekali panen. Masa panen udangnya sekitar 3 bulan.

Udang vaname atau udang putih berasal dari daerah subtropis yaitu di pantai barat Amerika hingga hingga ke Peru. Udang ini sudah banyak sekali dibudidayakan di Indonesia sebagai alternatif pilihan lain setelah udang windu yang mengalami penurunan produksi sejak adanya penurunan kualitas lingkungan. Udang ini memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih tahan terhadap penyakit dan fluktuasi kualitas air, pertumbuhan relatif cepat, serta hidup pada kolom perairan sehingga dapat ditebar dengan kepadatan tinggi. Udang vaname memiliki peluang pasar dan potensial untuk terus dikembangkan.



Udang yang ada di Imorenggo ini kebanyakan diambil langsung oleh pembeli dan tidak dijual di pasar-pasar setempat. Alasannya sih karena justru warga lokal enggan membeli karena harganya tergolong mahal. Bibit yang disebar berasal dari daerah Jawa Timur. Katanya, memelihara udang itu sulit, karena sensitif. Harus bersih dan selalu ada kincir air yang menyala. Tambak udang di Imorenggo turut meningkatkan perekonomian warga dengan memberikan peluang pekerjaan. Meskipun pas ke sana banyak juga tambak yang sudah tidak digunakan.